Ada tiga jenis campur kode yang terdapat dalam ceramah Gus Akim Suudi yaitu campur kode ke dalam, campur kode keluar, dan campur kode campuran. Sesuai dengan teori Suandi (dalam Mulyaningsi dkk, 2019:81) bahwa campur kode dibagi menjadi tiga golongan yaitu campur kode ke dalam (Inner code mixing), campur kode keluar (Outer code mixing) dan campur kode campuran (bybrid code maxing).
1. Â Campur Kode ke Dalam
Campur kode ke dalam adalah campur kode yang bersumber dari pencampuran bahasa asli dengan beragam variasi bahasa atau bahasa yang masih dalam satu keturunan atau dengan bahasa lainnya, misalnya menyisipkan unsur-unsur bahasa nasional ke dalam bahasa daerah, atau menyisipkan unsur variasi bahasa daerahnya ke dalam bahasa daerah atau menyisipkan unsur-unsur dialek ke dalam bahasa nasionalnya (Pateda, 2001: 146). Berdasarkan penggunaan bahasa Gus Akim Suudi dalam ceramahnya, ada beberapa wujud data campur kode yang dikategorikan dalan jenis campur kode ke dalam sebagai berikut.
."....Isra Miraj, kenapa dikatakan peristiwa yang spektakuler luar biasa karena perjalanan Rosulullah  shallallahu alaihi wasallam menembus tiga dimesnsi sekaligus. Yang pertama dimensi semua orang bisa ke sana, asalkan ada syaratnya? Opo nyelengi alias nabung. Njih nopo mboten?....". (data 3)
Pada data 3 di atas, merupakan tuturan Gus Akim Suudi pada video ceramah peringatan Isra miraj di SMP N 6 Pekalongan. Campur kode ke dalam pada data di atas ditandai dengan penggunaan bahasa Indonesia ke bahasa jawa ngoko yaitu kata nyelengi artinya nabung dan kata  Njih nopo mboten. Penyisipan unsur kata tersebut diujarkan oleh Gus Akim Suudi secara spontan dan refleks. Sudah menjadi kebiasaan Gus Akim Suudi menyisipkan bahasa jawa dalam ceramahnya. Hal itu dikarenakan Gus Akim Suudi adalah orang Pekalongan asli  sehingga sudah menjadi kebiasaan B1 (bahasa daerah) terbawa-bawa dalam ceramahnya.
"....Nek ora nabung ora tekan kono, tetapi nek nabung bisa sampai  ke masjidil haram dan masjidil akso". (data 4)
Pada data (4) di atas merupakan tuturan Gus Akim Suudi pada ceramahnya. Pada data di atas termaksud campur kode ke dalam yang ditandai dengan penggunaan bahasa awa ngoko yaitu kata nek ora dan kata Ora tekan. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kata nek ora artinya ika tidak dan ora tekan artinya tidak sampai. Gus Akim Suudi menuturkan kata bahasa jawa Pekalongan tersebut secara spontan dan refleks dengan tujuan untuk menyelaraskan isi ceramah agar isi dan makna ceramah dapat tersampaikan kepada pendengar.
2. Campur kode ke luar
Campur kode keluar adalah pencampuran beberapa bahasa dalam berkomunikasi dengan menyisipkan unsur bahasa yang berbeda dengan bahasa dasarnya, atau penyisipan unsur bahasanya berupa bahasa asing yang sudah di Indonesiakan maupun yang masih dalam bentuk bahasa aslinya. Berikut uraian beberapa data wujud campur kode yang    dikategorikan dalam jenis campur kode ke luar sebagai berikut.
"...what I see I remember, what I do I understand apa itu artinya....".(data 2)
Pada data (1) di atas merupakan tuturan Gus Akim Suudi pada ceramahnya. Pada data di atas merupakan campur ke luar yang ditandai denggan penyisipan bahasa Inggris yaitu kalimat what I see I remember, what I do I understand artinya Apa yang saya dengar, saya lupa. Â Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan saya paham.