Mohon tunggu...
Sri Arum Anjan Lestari
Sri Arum Anjan Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan sosial emosional anak

18 Januari 2025   15:36 Diperbarui: 18 Januari 2025   15:36 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Merangkum pendapat Goleman, Izard dan Ackerman, Le Doux,

(Hansen & Zambo 2007) emosi adalah perasaan yang secara fisiologis dan

psikologis dimiliki oleh anak dan digunakan untuk merespons terhadap

peristiwa yang terjadi disekitarnya. Emosi bagi anak usia dini merupakan

hal yang penting, karena dengan emosi anak dapat memusatkan

perhatian, dan emosi memberikan daya bagi tubuh serta mengorganisasi

pikir untuk disesuaikan dengan kebutuhan.

Menurut Suyadi (2010), perkembangan sosial adalah tingkat jalinan

interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman

bermain, hingga masyarakat secara luas. Entri poin dalam pendapatnya,

Suyadi menekankan pentingnya pembekalan interaksi yang baik kepada

anak dalam bersosial bersama orang-orang di sekitarnya.

Senada dengan pendapat di atas, Masganti Sitorus (2017)

menerangkan bahwa perkembangan sosial merupakan kematangan yang

dicapai dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga

dimaknai sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap

norma-norma yang berlaku serta meleburkan diri dalam bergaul dan bersosial di masyarakat.Ini semakin menyatakan bahwa setiap individu membutuhkan

orang lain. Kebutuhan akan orang lain tentu tidak pada tataran

'pemanfaatan', atau mencari keuntungan semata dalam bersosial,

melainkan kebutuhan untuk saling melengkapi atas kekurangan masingmasing. Oleh karena itu, pembiasaan akan hal baik, menyikapi sesuatu

dengan bijak, dan internalisasi ketaatan akan norma yang berlaku, patut

dijadikan bekal pada anak dalam proses pematangan perkembangan

sosial.

Lebih lanjut Masganti (2017) menambahkan bahwa kebutuhan

berinteraksi dengan orang lain telah muncul sejak usia enam bulan. Saat

itu anak telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota

keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku

sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih

sayang.

Berdasarkan uraian di atas, dipahami bahwa anak membutuhkan

bimbingan orang dewasa dalam bersosial dan mematuhi norma sosial

yang berlaku. Kebutuhan itu menegaskan bahwa anak menunjukkan

sikap sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dengan orang

lain. Sehingga, perkembangan sosial dapat diartikan sebagai proses

kematangan sosial anak dalam berinteraksi dan mematuhi aturan yang

berlaku di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.Hurlock

(1978:250) mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah kemampuan

seseorang dalam bersikap atau berperilaku dalam berinteraksi dengan

unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan tuntunan sosial.

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial. kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai

kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang

dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah

dirasakan sejak usia enam bulan, ketika anak sudah mampu mengenal lingkungannya .

Berdasarkan uraian di atas, dipahami bahwa perkembangan

emosional merupakan proses pematangan sikap emosional anak dalam

berinteraksi dengan orangtua, teman sebaya, guru, dan masyarakat.

Sehingga, kebutuhan akan pembekalan kematangan emosional ini sangat

penting bagi anak. Karena, kecerdasan emosional berpengaruh besar

terhadap kesuksesan dan keberhasilan seseorang.

Perkembangan sosial-emosional adalah kepekaan anak untuk

memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan

sehari-hari (Musbikin, 2003). Dalam makna ini, anak diupayakan

pembekalan sikap peka terhadap lingkungan. Bagaimana dalam

berinteraksi anak diberi pemahaman bahwa setiap orang berbeda-beda

dan juga memiliki kesamaan. Oleh karenanya, kesamaan disikapi sebagai

anugerah, pun begitu dengan perbedaan disikapi sebagai nikmat

keragaman dari Sang Pencipta. Sehingga, kematangan sosial-emosional

akan sangat mempengaruhi cara interaksi anak dalam menanggapi setiap

problematika yang dihadapinya.

Hurlock (1991) dan Lazarus (1991), menyatakan bahwa

perkembangan emosi pada anak dipengaruhi oleh dua faktor penting,,

yaitu:

1) maturation atau kematangan Hurlock (1991), memandang pentingnya

faktor kematangan pada masa kanak-kanak terkait dengan masa krisis

perkembangan (critical period), yaitu saat-saat ketika anak siap

menerima sesuatu dari luar.Kematangan yang telah dicapai dapat

dioptimalkan dengan pemberian rangsangan yang tepat

(patmododewo, 1993). Contoh dalam perkembangan emosi,

pengendalian pola reaksi emosi yang diinginkan perlu diberikan

kepada anak guna menggantikan pola emosi yang tidak diinginkan,

sebagai tindakan preventif.

2) Faktor lingkungan belajar. Faktor lingkungan dalam proses belajar,

berpengaruh besar untuk perkembangan emosi, terutama lingkungan

yang berada paling dekat dengan anak khususnya ibu atau pengasuh anak. Thompson dan Lagatutta (2006), menyatakan bahwa

perkembangan emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh

pengalaman dan hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar

emosi baik penyebab maupun konsekuensinya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial AUD (Hurlock,1995)

1. Faktor Lingkungan Keluarga

Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar

tentang caracara menyesuaikan diri dengan orang lain.

Kemampuan ini diperoleh anak melalui kesempatan atau

pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, baik

orang tua, saudara, teman sebaya ataupun orang dewasa lainnya.

Dan lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama yang

pertama akan dikenal anak.

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh proses

perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam

mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma

kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan

contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma

tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut sosialisas

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun