Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers. Cerpen pertama Kartini Dari Negeri Kegelapan menjadi Juara III Lomba Menulis Cerpen (Defamedia, Mei 2023); Predikat Top 15 Stories (USK Press, Agustus 2023); Juara II Sayembara Cerpen Pulpen VI (September 2023); Juara II Lomba Menulis Cerpen Bullying (Vlinder Story, Juni 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Agustus 2024); Juara III Lomba Menulis Cerpen The Party's Not Over (Vlinder Story, Agustus 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Oktober 2024). Novel yang telah dihasilkan: Baine (Hydra Publisher, Mei 2024) dan Yomesan (Vlinder Story, Oktober 2024). Instagram: @srifirnas; personal website https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan Dari Sungai

26 Januari 2025   01:43 Diperbarui: 27 Januari 2025   08:45 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman Prasejarah Leang-Leang (Sri Nur Aminah, 2022)

"Mak juga bingung mengapa Puni jadi seperti ini," terdengar erangan tangis Mak.

"Puni... ini Kakak. Apakah kamu baik-baik saja?" kutepuk lembut pipi adikku. Tatapan matanya kosong memandang ke arah sungai. Puni tidak bereaksi, wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Kenapa dia sampai begini?" tanyaku cemas. Kupandang wajah Mak yang kelelahan.

"Tadi siang dia bermain di tepi sungai bersama teman-temannya, mereka beramai-ramai mencari ikan pelangi. Tiba-tiba adikmu terperosok batu dan nyaris tenggelam, untunglah Daeng Amat berhasil menyelamatkannya."

"Kenapa Mak membiarkan Puni bermain di sungai?" aku tiba-tiba teringat kejadian seram beberapa hari  lalu saat kudengar suara Puni memanggilku dari sungai."

Tiba-tiba kulihat Puni beringsut mengambil bantal dan merebahkan kepalanya.

"Biarkan saja dia tidur, mungkin lelah. Semoga dia lebih segar kalau sudah bangun. Kami pulang dulu Mak," dua orang ibu tetangga pamit pada Mak. Mereka diantar sampai ke pintu. Aku duduk diam, memandangi penuh rasa kuatir pada adikku yang tertidur pulas.

*

Sejak kejadian itu, sikap Puni mulai berubah. Dia lebih sering merenung di jendela sambil memandang kosong ke arah sungai. Sosok ceria adikku berganti menjadi seseorang yang tidak pernah kukenal. Dia juga sering bergumam sendiri dalam bahasa aneh yang tidak kumengerti. Saat tengah malam, tiba-tiba Puni menjerit dan terbangun dari tidurnya. Lengkingannya sontak membangunkanku. Mak berteriak histeris melihat mata Puni membelalak bagaikan tercekik. Adikku meronta-ronta kesakitan.

"Puni...Puni... ini Mak," Mak memeluk tubuh mungil Puni yang bergelinjang mirip cacing kepanasan. Mulutnya mengeluarkan darah segar. Aku terbelalak kaget melihatnya.

"Puni kenapa Mak?" aku kelabakan melihat kondisi adikku. Tiba-tiba Puni menunjuk wajah Mak dengan beringas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun