Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers. Cerpen pertama Kartini Dari Negeri Kegelapan menjadi Juara III Lomba Menulis Cerpen (Defamedia, Mei 2023); Predikat Top 15 Stories (USK Press, Agustus 2023); Juara II Sayembara Cerpen Pulpen VI (September 2023); Juara II Lomba Menulis Cerpen Bullying (Vlinder Story, Juni 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Agustus 2024); Juara III Lomba Menulis Cerpen The Party's Not Over (Vlinder Story, Agustus 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Oktober 2024). Novel yang telah dihasilkan: Baine (Hydra Publisher, Mei 2024) dan Yomesan (Vlinder Story, Oktober 2024). Instagram: @srifirnas; personal website https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Rio de Cautivo

30 Desember 2024   22:54 Diperbarui: 1 Januari 2025   16:02 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://easy-peasy.ai/ai-image-generator/images/emotional-watercolor-end-of-life-care-services-surrealistic-art

"Aku mau tetap di sini," perempuan itu jongkok di samping pusara Ayi. Kebaya hitam dan sarungnya  penuh bercak lumpur. Tangannya mengusap pusara Ayi dengan air mata bercucuran.

"Sudah mau azan Maghrib, tidak lama lagi turun hujan. Ayo kuantar kamu pulang Dik," sapa Meena, kakak tertua Ibunya Ayi.

"Aku tidak tega meninggalkan Ayi sendirian di sini. Kasihan kalau dia kehujanan dan kedinginan," jawab Ibunya Ayi ngasal. Meena dan orang-orang saling berpandangan.

"Besok kita ke sini lagi. Kita pulang dulu menyiapkan bunga yang banyak dan air untuk dibawa saat berziarah."

"Benarkah?" mata Ibunya Ayi berbinar mendengar kata ziarah.

"Iya... besok aku antar kamu datang lagi ke sini menjenguk Ayi," janji Meena pada ibunya Ayi.

"Baiklah, besok kita ke sini lagi. Akan kubawakan mainan dan barang-barang kesayangan Ayi supaya dia tidak merasa kesepian di sini. Tadi aku lupa memasukkannya ke dalam liang kubur."

Orang-orang berpandangan maklum. Mereka segera meninggalkan makam sebelum turun hujan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun