"Hei codot, kenapa kamu ikut campur urusanku. Lihat tanganku yang sudah kamu lukai," dari situ mengalir darah warna hitam. Semua kurcaci Mak Bawel memandang marah pada Spiderman.
"Tugasku mengenyahkan orang jahat dari muka bumi ini dan mengembalikan kedamaian."
"Kamu mengiri melihatku bakal mencapai puncak digdayaku kan?"
"Aku tidak pernah menghalangi karir seseorang, namun gunakan jalan lurus Mak."
Mak Bawel menggeram, mulutnya komat kamit namun Spiderman memelintir lengannya sehingga pipet mautnya terjatuh. Kekuatan Mak Bawel kalah jauh dari Spiderman. Tanpa perlawanan berarti Mak Bawel  dan kurcacinya meninggalkan arena memakai motor menderu kencang. Spiderman mencengkeram kerah baju Ceking dan mengikatnya di pohon.
Spiderman segera mencabut obat epilepsi kepunyaan Mak Bawel yang ditancap pada kepala, bahu, lengan dan kaki Arona. Ternyata paku hitam itu secara mistis mengisap darah Arona yang bakal mengubahnya menjadi lintah. Saat dibanting ke tanah, paku itu berubah menjadi ribuan lintah yang melompat kesana kemari. Orang tua Arona menjerit kaget melihat kelakuan Spiderman.
Setelah selesai dengan urusan Arona, Spiderman segera membuka ikatan Ceking.
"Sekarang kamu ikut aku ke sungai, berikan penawarnya supaya penyakit mistis lenyap dari Kampung Noktah."
Ceking berjalan lesu diikuti Spiderman dari belakang. Pemuda itu mencelupkan jempolnya ke sungai yang membentuk pusaran air mistis dan ledakan di udara. Setelah Ceking menuang penawar racun kelabang ke sungai, langit dinihari mulai menampakkan cahaya surya. Dikomandoi Batman, rombongan angkot merah menuju ke rumah Nenek di Kampung Tumpang. Jalanan sangat sepi, di bagian kiri kanan adalah hamparan hutan jati dengan aliran sungai jernih.
Rombongan telah masuk ke halaman rumah Nenek di Kampung Tumpang. Arona turun dari angkot dan memeluk Nenek kesayangannya. Mereka menjemput Nenek untuk dibawa ke Kampung Noktah. Angkot berjalan perlahan dengan Spiderman duduk di samping sopir. Ceking membawa angkot ke sebuah padang rumput dekat sungai.
"Kenapa kamu membawa kami kemari? Jangan-jangan kamu ingin mencelakai kami sekali lagi," hardik Bapak pada Ceking.