"Tampaknya Nenek lapar sekali, makan dulu ya, setelah itu saya bantu mencari cucumu. Semangkuk mie ayam panas dapat memulihkan tenagamu."
Nenek mengangguk cepat. Hatinya girang bukan main ditraktir Spiderman. Saat mie ayam datang, Spiderman menyuapi Nenek. Sambil menikmati mie ayam, Nenek menceritakan tentang cucunya yang tinggal di Kampung Noktah.
"I see Nek, itu kampung yang sungainya tercemar racun kelabang. Saat ini cucumu dan orang tuanya terjebak dalam hutan jati keramat. Mereka bersama Mak Bawel, siluman lintah pengisap darah. Perempuan siluman itu menaik motor membawa enam orang kurcaci. Aku harus ke sana menolongnya sebelum anak dan cucumu dimangsa siluman lintah," Spiderman menekan suaranya.
"Nenek habiskan dulu mie ayam ini, setelah itu aku mengantarmu ke rumah."
Setelah membayar mie ayam, Spiderman meninggalkan warung dengan Nenek berada dalam gendongannya. Di dalam sekejap mata mereka telah tiba di pekarangan rumah Nenek. Spiderman menyuruh Nenek beristirahat dan dia melanjutkan perjalanan menuju hutan keramat.
Nenek sedang menikmati makan mie ayam bersama Spiderman. Nun jauh di sana- Arona, kedua orang tua dan supir angkot masih berada di tengah hutan. Mereka sepakat untuk melanjut perjalanan keesokan harinya. Terlalu berbahaya mereka nekad menembus hutan tak dikenal saat malam hari. Untunglah Mak membawa bekal lontong, telur asin dan abon daging sapi untuk dimakan bersama dalam perjalanan. Air mata Arona deras bercucuran mengingat Nenek yang sangat disayanginya. Harapan Arona menggelegak dalam dada. Dia ingin sesegera mungkin mendekap erat tubuh ringkih sang Nenek. Mereka sangat berharap segera keluar dari kemelut yang menimpa saat ini. Tiba-tiba dari arah gua di seberang sungai terdengar suara menggelegar sangat keras disertai kilatan cahaya menyakitkan mata. Arona jejeritan melihat banyak sekali bola api beterbangan di angkasa. Ya Tuhan, ada apa ini?
Bola api bercampur asap putih beterbangan memenuhi atmosfer. Sebuah motor bersuara menggelegar melaju dan berhenti di depan angkot yang ditumpangi Arona. Ternyata pengendaranya seorang ibu dan enam orang kurcaci.
"Adakah makanan untuk kami?" kepala si ibu melongok ke dalam angkot. Dari sadel motor, semua kurcaci bermuka keriput memandang harap-harap cemas.
"Kalian siapa?" suara Bapak gemetar.
"Aku keberatan berbagi info dalam keadaan lapar," perempuan itu menjawab sesuka hatinya. Mak Arona memberikan sisa lontong dan telur asin yang segera dimakan beramai-ramai oleh sang ibu dan enam kurcaci. Mereka berjongkok membentuk lingkaran, berdoa dalam bahasa aneh sebelum makan. Cara makannya mirip kucing yang baru berjumpa makanan setelah seabad kelaparan. Arona melongo menyaksikan pemandangan langka itu.
Selesai makan, si ibu aneh berambut jabrik, memakai daster dan sandal jepit menghampiri angkot.