Pipiku sontak memerah mendengar kata rupawan terlontar dari mulut lelaki yang telah lama kukagumi secara diam-diam.
"Kalau mendaftar jadi guardian angel, aku no comment ya Kak. Hal itu tergantung Mamak yang mengeluarkan surat izin berkunjung untukmu."
Ilham tertawa kecil, terdengar sangat renyah di gendang telingaku.
"Kamu masih polos seperti dulu, itulah yang membuat aku selalu merindu dan membayangkan kita duduk bersama di pelaminan."
Kembali hatiku dag dig dug tidak karuan.
"Rasanya tidak mungkin hal itu terjadi, apa kata Astrid nantinya," aku mengambil sikap tegas. Tanpa kuduga meledaklah tawa lelaki yang kupanggil Kak Ilham. Bahunya terguncang hebat, disentuhnya ubun-ubunku yang terlindung topi lebar.
"Kamu cemburu pada Astrid ya?"
"Siapa bilang aku cemburu?"
Pernyataan itu malah menggiringku ke dalam opini tidak bertuan. Aku dan Astrid sama-sama ikut kelompok peminat kupu-kupu dengan Ilham sebagai mentornya. Kegiatan riset di organisasi itu menyebabkan hubungan kami bertiga begitu dekat. Aku tidak menahu pasti perasaan Astrid terhadap mentor kami karena Ilham memang supel dan mudah akrab dengan siapapun.
Semakin lama aku menjadi salah tingkah, kurasakan kuku jariku menancap erat di tongkat jaring serangga yang kupegang. Cintaku kepada kupu-kupu Bantimurung telah menorehkan banyak kenangan indah bersama Ilham. Segera pikiran jahat itu kubuang sejauh-jauhnya.
"Bagaimana Mega, kamu mau kan jadi pacarku?"