Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bermain Rasa dalam Menulis Artikel

6 Mei 2023   11:22 Diperbarui: 6 Mei 2023   11:27 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam paparannya, Prof. Imam Robandi memberikan quote yang menyentak batin: sesempurna sempurnanya kita, harus ada orang lain yang membantu. Hal ini bermakna bahwa kerja sama nan kompak merupakan kunci dalam mencapai keberhasilan secara bersama-sama. Di dalam menjalani ritual kehidupan yang penuh dengan aktivitas secara mandiri maupun berkelompok, sangat disarankan untuk selalu menghasilkan karya supaya dapat menjaga rasa yang terdapat di dalamnya. 

Jika rasa lelah melanda dalam aktivitas harian, cukup mensubmit ke media sosial sebuah gambar dilengkapi caption dilengkapi satu paragraf. 

Kebiasaan yang menunda pekerjaan dengan alasan kesibukan dan rasa lelah berpotensi mendegradasi kemampuan menulis. Kemampuan menulis harus selalu dijaga supaya tetap terasah keindahannya. Sama halnya dengan burung yang berkicau setiap hari. Jika seminggu burung itu tidak berkicau maka intonasi suaranya akan menurun kualitasnya.

Setiap artikel mempunyai paragraf menjelaskan apa yang terkandung di dalamnya. Manusia modern di era digital sangat menyenangi paragraf bergelombang yang penuh dinamika. Suatu artikel modern hanya berisi 4 -- 5  kalimat tapi harus mencantumkan kalimat unik sebagai penarik di dalamnya. 

Perlu diingat bahwa paragraf zaman dahulu  belum mengenal adanya tren bergelombang. Dinamika penggunaan paragraf bergelombang  menunjukkan paragraf mempunyai kalimat unik yang saling terhubung dengan paragraf  lainnya. Ciri khas paragraf bergelombang adalah kalimat yang berada di ekor paragraf menyenggol awal paragraf di dalamnya. Sebagai contoh sederhana, bawang goreng yang dihasilkan di Lembah Palu telah dikenal di seluruh Indonesia. 

Di awal kalimat menulis tentang cerita tentang masakan, jangan masuk ke topik sepak bola. Boleh juga menyentil sepak bola tetapi terdapat benang merah menghubungkan dengan masakan khas dari daerah tempat klub sepak bola itu berada. Di dalam hal ini harus dimasukkan kata sambung ajaib yang dapat menyelaraskan isi paragraf di dalamnya.

Beberapa ciri khas tulis menulis yang dijumpai di era media sosial adalah  cara penulisan yang ekstrim karena satu kalimat dijadikan sebagai satu paragraf. Biasanya pembaca merasa kesal karena artikel tampaknya tidak selesai alias membuat penasaran. Secara garis besar hal ini dikatakan bahwa topik artikel tidak clear. Di dalam menghasilkan sebuah artikel berkualitas, seorang penulis harus menyajikan kalimat berkaitan satu dengan lain. 

Artikel bermutu menunjukkan intelektualitas penulis dan kedalaman ilmunya (valuable). Artikel yang berkualitas rendah menimbulkan prasangka bahwa penulis tidak mampu menuangkan buah pikirannya. Sebuah artikel yang akan dipublikasi  harus mempunyai kekuatan (tidak lebay). 

Tersedianya paragraf berkualitas mampu menutupi sisi lebay artikel itu. Sebuah artikel akan membranding penulisnya karena yang berpotensi mengangkat kita adalah aktivitas kita sendiri. Jika suatu publikasi sudah kuat dicirikan dengan hadirnya artikel bermutu sehingga pembaca tidak akan melihat lagi siapa penulisnya.

Era media sosial sangat mudah untuk mendapatkan informasi dalam menulis artikel. Salah satu tips dalam melibatkan 'rasa' dalam artikel, penulisnya harus terlibat penuh dalam artikel itu. Totalitas rasa tergambar secara rinci jika penulis menulis di tempat itu karena diperoleh tematiknya dan rasa yang orijinal. Nilai keindahan rasa sangat bermakna jika dilakukan saat penulis berada di suatu lokasi. Kehebatan media sosial di zaman digital adalah saat ini dapat menulis dan langsung dikirim. Salah satu tips kesuksesan, sebuah artikel yang akan dikirim harus dibaca berulang kali untuk meminimalkan kesalahan ketik dan makna di dalamnya.

Salah satu contoh kalimat sederhana yang dapat menimbulkan beda interpretasi adalah: Tono tidak ke Utara dsn Tono berjalan ke Utara. Kalimat Tono tidak ke Utara memberikan gambaran bahwa Tono memang tidak ke Utara. Berbeda dengan kalimat Tono berjalan ke Utara memberikan Tono memang berjalan ke arah tersebut, bertemu dengan bapaknya yang mau berangkat ke sawah dan berbagai makna yang memperkaya 'rasa' sebuah artikel.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun