Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers, https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Lalat Pembawa Rezeki

9 Maret 2023   03:53 Diperbarui: 13 Maret 2023   03:01 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata belatung, dalam pikiran Pembaca telah tergambar onggokan makanan berbau busuk yang ada kerumunan ulat menjijikkan di dalamnya. Memang benar belatung adalah anaknya lalat, jenis serangga jorok berasal dari kelompok Diptera. Lalat juga berpotensi sebagai pembawa penyakit berbahaya untuk manusia, contohnya adalah disentri.

Lalat sangat identik dengan bangkai karena hidupnya tergantung dari tersedianya makanan membusuk. Inilah alasan krusial mengapa jenis lalat dan perilakunya sangat penting dipelajari dalam bidang ilmu forensik.

Sifatnya yang sangat tertarik dengan bebauan busuk sehingga lalat menjadi serangga penyerbuk penting untuk bunga Rafflesia arnoldi yang tumbuh di Bengkulu.

Di balik keburukan lalat dan segala tingkah lakunya, terdapat jenis lalat lainnya yang justru membawa banyak sekali manfaat untuk kehidupan manusia.

Webinar Budidaya Maggot telah dilaksanakan secara daring pada hari Jumat tanggal 3 Maret 2023.  Acara ini telah mengubah persepsi peserta webinar, dan saya khususnya, tentang sepak terjang lalat di muka bumi.

Share knowledge event ini menghadirkan dua orang narasumber yaitu: Prof. Rudy Nugroho, M.Si., PhD (Guru Besar FMIPA Universitas Mulawarman) dan Aminudi, SP (founder PT. Biomagg Sinergi Internasional).

Prof. Rudy adalah teman seangkatan saya melaksanakan Program Fulbright Visiting Scholar pada tahun 2021 di Amerika Serikat. Prof. Rudy melaksanakan penelitian di University of Arkansas Pine Bluff dan saya melaksanakan kegiatan riset di University of Colorado Denver. Suatu karunia luar biasa dapat belajar tentang BSF langsung dari ahlinya.

Sri NurAminah (March, 2023)
Sri NurAminah (March, 2023)

BSF dan Potensinya Mendongkrak Income Masyarakat

Maggot adalah istilah untuk ulat atau anakan dari Black Soldier Fly (BSF) yang mempunyai nama ilmiah Hermetia illucens. Lalat yang tubuhnya dominan berwarna hitam ini berasal dari famili Stratiomyiidae.

Apakah keistimewaan BSF sehingga dikatakan sebagai serangga pembawa rejeki?

Secara umum peran utama BSF di alam dilakoni oleh anakannya (disebut maggot) yang merupakan dekomposer sangat efektif menguraikan bahan organik. Maggot BSF sangat berbeda dengan belatung lalat rumah karena tidak menyebabkan penyakit.

Ciri khas lainnya adalah secara alami BSF bersifat non synanthropic alias kurang senang berinteraksi dengan manusia. Seiring berjalannya waktu, proses perbanyakan massal BSF melibatkan banyak manusia sehingga sifat ini tereduksi secara perlahan. BSF telah menjadi komoditi penting yang menghasilkan banyak produk sangat bermanfaat untuk manusia.

Siklus hidup maggot singkat, sekitar 45 sampai dengan 55 hari. Maggot adalah serangga yang harus melalui metamorfosis sempurna untuk perkembangan kehidupannya dengan tahapan: telur-ulat/maggot-pupa/kepompong-serangga dewasa/lalat (BSF).

Maggot harus menjalani lima instar atau fase penting sebelum membentuk pupa. Ciri-ciri maggot yang akan membentuk pupa atau kepompong adalah warnanya semakin gelap dan kurang aktif bergerak.  Fase pupa memerlukan waktu berkisar 10 sampai dengan 30 hari. Suatu keajaiban luar biasa secara internal terjadi selama fase tersebut, salah satunya adalah perubahan besar-besaran pada bentuk morfologi alat mulutnya. Saat fase maggot, alat mulutnya menggigit mengunyah dilengkapi dengan mandibel atau geraham yang mampu mengoyak bahan organik. 

Setelah maggot menjadi BSF, alat mulutnya tereduksi menjadi menjilat mengisap. Mandibel berubah menjadi semacam spons pengisap cairan supaya lalat mendapat asupan nutrisi. 

Saliva atau air ludah lalat mengandung enzim yang mampu menghancurkan makanan. Kebiasaan lalat saat hinggap pada makanan atau bahan lainnya adalah 'meludahi' material tersebut, membiarkan beberapa saat enzim yang terdapat dalam ludahnya melunakkan material sehingga mencair dan mudah diisap. 

Cairan yang dimakan oleh lalat non BSF mengandung mikroba berasal dari material busuk. Hal ini menyebabkan penyakit berbahaya dan menyerang saluran pencernaan manusia yang mengkonsumsi makanan yang telah dihinggapi lalat. Perlu diketahui bahwa BSF tidak menularkan penyakit pada manusia karena makanannya merupakan sampah organik. 

Keistimewaan lainnya adalah maggot menghasilkan senyawa anti mikroba yang mematikan jasad renik penyebab penyakit. Umur BSF berkisar 5 sampai dengan 8 hari. BSF jantan mati setelah mengawini serangga betina. Selama masa hidupnya, seekor BSF betina mampu menghasilkan telur sekitar 300-900 butir.

Teknik manajemen BSF supaya mendongkrak roda perekonomian adalah optimalisasi beberapa faktor penting yang dibutuhkan saat pemeliharaan yaitu: cahaya, kelembaban dan suhu.

Cahaya merupakan faktor sangat vital untuk diperhatikan karena hari mendung atau hujan menurunkan frekuensi perkawinan BSF. Artinya BSF jantan dan betina aktif kawin dan peletakan telur banyak jumlahnya saat hari terang (sekitar jam 8-12 siang). Keberhasilan BSF menghasilkan telur terjadi jika jumlah BSF betina lebih banyak daripada BSF jantan. 

Supaya banyak terbentuk pupa betina, maggot harus diberikan banyak asupan makanan mengandung lemak, contohnya limbah susu mempunyai kandungan minyak dan laktosa yang tinggi. Minyak yang dihasilkan oleh maggot yang diberikan limbah susu berkisar 29%. Minyak maggot akan keluar saat mengalami proses pengeringan.

BSF mempunyai mata majemuk yang unik karena mampu mendeteksi cahaya warna hijau dan biru sehingga menyukai tempat banyak cahaya. Berdasarkan perilaku BSF yang senang cahaya menyebabkan peternak memberikan lampu fluorescent untuk meningkatkan perkawinan BSF serta daya tetas telurnya.

Sementara kelembaban yang diinginkan oleh maggot untuk berkembang biak adalah substrat organik basah yang menjadi pakannya berkisar 52-70%. Kisaran kelembaban pakan ini sangat disukai dan mampu meningkatkan kebugaran maggot atau anakan BSF yang dipelihara. Suhu lingkungan yang bagus untuk pemeliharaan maggot berkisar 10-45C, dengan suhu optimum 26-27C. Pada kisaran suhu 34-35C, pertumbuhan maggot masih bagus.

Potensi Maggot di Masa Depan

Secara umum budidaya maggot berpotensi mengurangi terjadinya tumpukan sampah organik dan sumber pakan ternak (terjadi siklus berkelanjutan dalam food system). Maggot yang dihasilkannya menjadi bahan baku penghasil tepung, pupuk dan bahan penelitian. Perlu diketahui bahwa maggot mengkonsumsi pakannya sebanyak 2-3 kali berat badannya. 

Biomassa maggot dapat menghasilkan protein, minyak (sangat bermanfaat untuk bidang pertanian, peternakan) dan kasgot (kotoran yang menjadi tempat perbanyakan maggot). Maggot yang dihasilkan oleh peternak tidak dapat dikonsumsi langsung oleh ikan karena mampu hidup dalam usus dan menyebabkan kematian ikan. 

Maggot yang mengandung banyak protein dan berbentuk kering telah dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, kucing, hamster, sugar glider, bahan baku minyak biodiesel, pupuk organik (kasgot) dan sumber kitin (chitosan diperoleh dari kulit pupa dan kasgot). Kandungan kitin yang tinggi pada maggot berasal dari tahap pre-pupa sampai pupa yang keras kulitnya dan berwarna coklat kehitaman. Kitin yang berasal dari bangkai lalat dan kulit pupa (puparium) dapat dimanfaatkan sebagai media tanam untuk budidaya anggrek.

Maggot kering dapat dibuat menjadi tepung. Saat ini permintaan pasar sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan tepung berprotein yang dapat menggantikan tepung ikan. Minyak yang dihasilkan maggot mengandung asam laurat yang tinggi (sekitar 55-66%). Asam laurat berperan sebagai anti bakteri. Hal ini dapat dilihat saat maggot tetap hidup sehat di sampah yang berasal rumah makan atau tempat lainnya. 

Adanya asam laurat mencegah maggot terinfeksi oleh mikroba berbahaya. Minyak maggot yang diberikan pada ikan nila memberikan rasa gurih karena mengubah asam lemak pada fillet yang dihasilkannya. Minyak maggot juga berpotensi sebagai skin care karena mampu mengobati jerawat dan penghilang bekas luka. 

Secara medis, minyak maggot aman digunakan karena makanan maggot berbasis limbah organik berasal dari tumbuhan. Penambahan sukrosa ke dalam pakan maggot mampu mengubah jalur metabolisme maggot menjadi asam palmitat sekitar 16,5%. Asam palmitat adalah komponen serupa dengan bahan yang terdapat di dalam minyak kelapa sawit. Potensi maggot yang luar biasa dapat dimanfaatkan di masa depan sebagai pengganti minyak ikan salmon.

Maggot juga suka mengkonsumsi kotoran hewan. Pertumbuhan maggot bagus jika diberikan campuran kotoran kambing dan kotoran ayam. Koloni maggot yang ditabur di bawah kandang ayam dapat mengurangi bau kotoran yang dihasilkan oleh hewan tersebut. Kasgot mengandung kotoran maggot merupakan produk unggulan berupa pupuk bernutrisi tinggi yang dibutuhkan oleh tanaman karena adanya Pseudomonas syringae. 

Hasil eksperimen lainnya adalah: maggot yang diberikan limbah kopi berasal dari kafe menunjukkan dampak unik pada tanaman kentang yang diberikan kasgot mengandung kafein. Kentang tersebut memberikan sensasi aroma kopi di dalam umbinya sehingga dianggap mampu membuat terobosan baru dalam bidang kuliner.

Seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa maggot sangat rakus dalam memakan bahan yang berasal dari sampah organik, limbah rumah tangga dan rumah makan. Di dalam upaya menjaga berlangsungnya keamanan hayati dan kemudahan quality control, sangat dianjurkan memberikan pakan tunggal untuk perbanyakan massal maggot. 

Pemberian limbah campuran pada proses perbanyakan maggot sangat sulit dihitung nilai kandungan nutrisinya. Bangkai BSF juga dapat dijadikan pakan maggot dan berpotensi menarik kedatangan BSF lainnya. 

Salah satu jenis bahan organik yang banyak terbuang adalah limbah kelapa sawit, dapat dijadikan substrat perbanyakan maggot. Hal ini merupakan kabar bahagia untuk produsen minyak kelapa sawit karena memanfaatkan maggot untuk mendapatkan produk bernilai ekonomis dari limbah yang dihasilkannya.

Saat ini bukan hanya sapi, kambing dan kerbau yang menjadi hewan ternak namun maggot juga berpotensi untuk diternakkan. Frekuensi feeding management untuk maggot dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: Pemberian pakan untuk maggot selama 2 hari sekali atau pakan untuk 10-12 hari diberikan sekaligus. 

Perlu diingat bahwa lapisan pakan maggot berkisar 2cm, ada pula peternak memberikan lapisan setebal 5-10cm. Lapisan pakan yang terlalu tebal berpotensi menyebabkan kenaikan suhu dan menghasilkan amoniak yang bersifat racun untuk maggot. Berat pakan yang diberikan berkisar 1-2,5 kg. Sangat dianjurkan sehari sebelum panen tidak diberikan pakan supaya lambung maggot kosong sehingga menghasilkan minyak yang bersih.

Di dalam perbanyakan massal BSF, tidak dianjurkan dilakukannya in-breeding karena rusaknya kualitas genetik, menurunnya produksi telur dan jumlah lalat yang akan menghasilkan maggot (srn).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun