Ya Tuhan, apakah takdirku memang seperti ini?
Yucel yang baru keluar dari toilet tertawa keras mendengar cerita Andita.
"Off course, say yes if you hear the same comment about us. Since today, you are mine, Andita. I am so glad hear it,"
Di perjalanan pulang, Andita merasa sangat lelah dan wajahnya pucat. Yucel agak cemas melihatnya tapi Andita mengatakan dirinya baik-baik saja. Genggaman tangan Yucel tidak lepas dari jemari Andita sepanjang jalan. Andita mengangkat tangan kanannya dan melihat cincin perak pemberian Yucel.
"Danke well darling" bisiknya dengan mesra kepada lelaki itu.
Saat tiba di apartemen Andita, kedua bocil itu menolak untuk pulang bersama Yucel. Mereka berkeras ingin tinggal di apartemen Andita. Yucel menjadi kelabakan melihat ulah keponakannya.
"We must going home. Grandma will be angry if you are not with me,"
"No. We want to stay with aunty," Vivienne menunjuk Andita.
"Ummm...maybe next week we will come here again. Tomorrow morning, Andita have to go to university. You cannot disturb her,"
Andita menggelengkan kepala, tertawa dalam hati. Segera dia membuka jaket tebalnya dan membiarkan Yucel berurusan dengan keponakannya. Setelah melalui perdebatan panjang dan iming-iming membeli boneka Teddy bear, akhirnya kedua bocil itu sepakat untuk pulang bersama sang uncle. Ketika mereka masuk kencing ke toilet, Yucel memanfaatkan kesempatan itu untuk mencium Andita dengan sepuas-puasnya. Dia sengaja mengunci kedua bocil itu sejenak dalam kamar mandi. Yucel merangkul Andita dengan penuh sayang, menghirup wangi bunga melati dan merasakan degup jantung Andita menggelegak memenuhi dadanya. Dia sekarang yakin, Andita telah menerima cintanya dengan tulus.  Tiba-tiba terdengar teriakan panik dan pintu yang digedor dari dalam toilet. Andita terpekik geli dan tertawa keras. Dia segera melepaskan ciuman kekasihnya dan menghambur memeluk kedua anak yatim piatu itu. Kemudian Andita mengantar tamunya ke pekarangan apartemen, memberikan goodbye kisses untuk Petra dan Vivienne plus sekotak milk chocolate dan air mineral untuk bekal perjalanan. Sebelum menaik mobil, Yucel memberikan  hadiah untuk Andita berupa sebuah kartu bergambar tembok tiga dimensi berwarna merah disertai tulisan I love you. Gambar tembok kenangan di hutan Otterlo, tempat Yucel menyatakan cintanya kepada sang pujaan hati. Andita tersenyum bahagia menerima kartu dan membiarkan Yucel mencium keningnya sebagai ucapan perpisahan di hari itu. Mobil melaju kencang menyisakan langit senja berwarna saga nan indah (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H