Andita mengusap air matanya mendengar kata orphans. Dia tiba-tiba mengingat ayahnya yang sudah lama meninggal. Petra dan Vivienne juga kehilangan ayah seperti aku, jerit batin Andita.
Teriakan Vivienne di kejauhan mengejutkan mereka berdua. Yucel segera membalasnya dengan bahasa Turki dan disambut dengan teriakan gembira.
"Where are them? Did they still safely?"
"Off course, they known well this areas. Last week they come here with school group."
"Ohhh..."
Mereka kembali berjalan menyusuri jalan setapak. Di dekat tembok tiga dimensi terbuat dari batu bata berwarna merah, untuk kesekian kalinya Yucel kembali menyatakan cintanya.
"I love you my Indonesian woman. Would you marry me?"
Wah, makin nekad aja bang Yucel ini, main tabrak ngajak gue menikah, sumpah serapah Andita dalam batinnya. Andita gelagapan, kembali kaget tidak terkira.
"I am not believe you. You have been broke my heart then you will marry me"
"Listen, I know you well. I am sure you still love me with all of my condition. Andita. I wanna be your husband,"
Yucel mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin perak bermata biru dan menyematkannya ke jari manis Andita. Dia memandang cincin itu dan melihat wajah Yucel.