Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tembok Cinta #1 (Tuhan, Aku Ingin Bersama Yucel)

4 Maret 2023   13:34 Diperbarui: 4 Maret 2023   13:38 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri NurAminah (Otterlo Forest, The Netherlands, Maret 2016)

Andita, anak kesayangan Bunda telah menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan gemilang. Sejak selesai hari wisuda yang dilaluinya dengan berbagai drama, kepalanya telah penuh dengan rencana untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Sejak dulu gadis urakan cantik ini bercita-cita ingin belajar animal science ke negeri kincir angin. Dia begitu tergila-gila dengan keindahan windmills jadul yang menjadi latar belakang kaum sapi merumput dengan aman, tenteram dan damai. 

Suatu cita-cita mulia dari seorang Andita untuk membangun bangsanya. Keinginan luhur ini ternyata mampu meluluhkan hati Bunda yang sangat berat melepas putri tunggalnya untuk merantau menggapai cita-cita. Bukan Andita jika tidak keukeuh berjuang mendapatkan keinginannya. Melalui serangkaian seleksi pemberi beasiswa yang sangat ketat, akhirnya Andita mendapatkan golden ticket menuju universitas di negara impiannya. Belanda memang sangat terkenal dengan teknologi peternakan sapinya yang menghasilkan keju Gouda dan Edam-nya dengan rasa tak terlupakan.

Kesibukan belajar di universitas plus beradaptasi dengan lingkungan barunya di benua Eropa membuat Andita sering lupa menelpon ibunya. Hal ini membuat sang Bunda uring-uringan karena sudah dilanda rindu berat. Tetapi Andita hanya tersenyum saat menerima telpon rutin yang berisi omelan sang Bunda tentang ini dan itu. Fasilitas teknologi telah memungkinkan dilakukannya video call kepada sang buah hati yang berada nun jauh disana.  Kecanggihan teknologi juga membuat mata Bunda mendelik tajam saat melihat beberapa butiran unidentified menghiasi wajah anaknya.

"Wajahmu kenapa Nak?" tanya Bunda penuh rasa cemas melihat beberapa bintik kemerahan di pipi dan dahi anaknya.

Andita meraba pipinya, lalu tersenyum

"Itu apa Nak?"kembali Bunda bertanya dengan gemas.

"Ini hanya jerawat Bun, cuacanya dingin banget sampai kulit saya terkelupas dan memerah".

"Sudah dikasih obat?" pertanyaan Bunda menyelidik diiringi nada cemas.

"Tidak perlu Bun, ntar sembuh sendiri kok. Aman..."

Sambil tersenyum lebar Andita mengacungkan dua jari kanannya membentuk huruf V. Bunda melengos kesal melihat tingkah anaknya.

Kesibukan Andita di ruang kuliah dan praktik lapangan telah mendekatkannya dengan Yucel, seorang lelaki keturunan Turki yang juga menekuni bidang animal science. Mereka berkenalan saat melaksanakan praktik  membantu seekor sapi beranak di peternakan lokal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun