Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tembok Cinta #1 (Tuhan, Aku Ingin Bersama Yucel)

4 Maret 2023   13:34 Diperbarui: 4 Maret 2023   13:38 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri NurAminah (Otterlo Forest, The Netherlands, Maret 2016)

Sambil menikmati oliebollen, Andita membiarkan para malaikat cilik itu bercerita panjang lebar. Dia segera memesan es krim ekstra untuk kedua tamu kecilnya dan secangkir hot cappuccino untuk Yucel. Tidak ada kata-kata yang terucap dari mulut Yucel, pandangannya terus menatap ke wajah Andita yang membuat  perempuan itu tersipu malu. Dia merasakan tangan kekar Yucel mengenggam erat jemarinya. Sebuah bahasa universal menyatak perasaan kepada seseorang. Dada Andita berdebar kencang merasakan aliran panas jemari Yucel sukses menghantam jantungnya.

"Andita, it is me now dear..." bisiknya perlahan ke telinga Andita.  Perempuan itu menoleh, memandang kosong ke wajah Yucel.

"Are you ready with them?"

Andita menundukkan kepalanya. Air matanya jatuh setitik membasahi pipinya. Batinnya sangat sakit mendengar kata 'ready'. Tidak pernah dibayangkannya kenyataan sepahit ini, hidup bersama 'anak sambung' dari lelalki yang dicintainya. Tidak ada surat perjanjian untuk mencintai Yucel sebagai kekasihnya namun kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan harapannya. Dia sudah terlanjur sayang kepada Yucel tetapi kedua bocil ini telah menghancurkan semua impian dan cerita indahnya. Yucel mengangkat dagu Andita yang duduk terdiam di sisinya. Di seberang meja, Vivienne dan Petra sibuk menikmati seporsi besar es krim coklat bertabur choco chips. Mereka tidak peduli dengan Yucel yang harus menenangkan batin perempuan yang duduk di sampingnya.

"Please say something to me," dilihatnya kedua bola mata Yucel begitu bermohon untuk Andita bersuara. Lidahnya terasa sangat kaku untuk menjawab pertanyaan Yucel.

"What do you think about it,"

Andita hanya menunduk lesu. Tangannya meremas erat genggaman jemari Yucel dan air matanya kembali menetes. Dia ingin menolak kenyataan di depan mata tetapi tak kuasa dilakukannya.  Mulutnya terkunci rapat padahal dia ingin bertanya siapa ibu para malaikat cantik itu dan dimana keberadaannya. Kepala Andita tiba-tiba berdenyut, terasa sakit sekali. 

Perlahan dia melepaskan jemari Yucel dan memijat keningnya sendiri. Yucel mengangkat bahunya  dan meminum kopinya yang sudah dingin. Yucel menghela nafas panjang melihat kemurungan Andita. Hilang sudah senyum manis sang dewi, tertutup awan yang sangat tebal. Yucel mendekatkan kursinya ke Andita dan meletakkan kepala Andita dengan lembut ke bahu kanannya. Disekanya butiran keringat di dahi Andita. Dirabanya kening sang dewi, terasa sangat dingin.

Setelah makan minum di kafe, Yucel mengajak Andita menemaninya membawa Petra dan Vivienne ke museum. Dengan setengah hati Andita segera mengiyakan keinginan Yucel yang disambut teriakan gembira kedua bocil cantik itu.  

Andita berpikir inilah 'peluang terakhir'  Andita melalui waktu bersama lelaki yang dicintainya. Sebelum berangkat ke museum, Andita meminta Yucel membawanya pulang ke apartemennya untuk mengambil jaket tebal. Ajakan ini disambut dengan gembira oleh Yucel dan bocil cantiknya. Mereka berkendara di sepanjang jalur yang sepi, khas pedesaan Belanda. Hamparan ladang pertanian, peternakan dan kawanan sapi terlihat sangat indah menghiasi pemandangan. Mereka semua bergembira namun Andita merasakan sunyi sepi sendiri dalam batinnya. Dia terasing dengan tubuhnya sendiri.

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun