Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I am entomologist. I believe my fingers...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tembok Cinta #1 (Tuhan, Aku Ingin Bersama Yucel)

4 Maret 2023   13:34 Diperbarui: 4 Maret 2023   13:38 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri NurAminah (Otterlo Forest, The Netherlands, Maret 2016)

Kepiawaian Yucel sebagai kakak kelas yang santun dan senang membantu telah berhasil menyentuh batin Andita yang paling dalam. Entah mengapa berada di dekat Yucel memberikan rasa nyaman kepada Andita. Pronunciation Yucel yang kadangkala sulit dimengerti tidak menghalangi tumbuhnya rasa sayang kepada lelaki itu. Andita menganggap adanya Google translate sebagai dewa penolong berkomunikasi dengan Yucel. Namun Andita juga merasa was-was, jangan sampai hanya hatinya yang sibuk sendiri merindu kepada Yucel sementara si lelaki itu hanya menganggapnya sebagai teman biasa.

Suatu hari di sela kesibukan kuliah dan praktik yang padat, Andita menerima email singkat dari Yucel. Beberapa minggu terakhir mereka jarang bertemu karena Yucel terlihat sangat sibuk. Apalagi saat ini Yucel telah melaksanakan penelitian di Enkhuizen yang lumayan jauh jaraknya dari Wageningen. Di dalam email Yucel berjanji akan mengunjungi Andita pada hari Minggu karena beberapa minggu sebelumnya pertemuan mereka selalu tertunda gegara lelaki itu sibuk bekerja dan 'take care of the kids'. Whoaaaa....isi email Yucel membuat Andita terlompat kaget dari duduknya. What you mean take care of the kids?

Mungkinkah Yucel sudah beristri?

Jangan-jangan aku nanti dituduh selingkuhan oleh istrinya Yucel?

Apa kata Bunda kalau aku mencintai lelaki beristri?

Ihh...aku tidak mau nasibku apes dicap sebagai pelakor. Takuuuutttt....

Berbagai rasa berkecamuk dalam dada Andita. Dibacanya lagi email itu berulang-ulang. Matanya fokus pada kalimat 'take care of the kids'. Waduh...kalimat sederhana tapi menimbulkan luka tidak berdarah dalam hati Andita. Perempuan enerjik itu merasakan dirinya kacau balau. Mau apa sih lelaki ini? Kirim email hanya untuk mengabarkan dirinya sibuk bekerja sambil menjaga anak sampai tidak sempat berjumpa dengannya. Memangnya aku apanya? Andita menggertakkan giginya dengan beribu rasa kesal.

Menunggu tibanya hari Minggu siang bagaikan neraka untuk Andita. Hatinya terlanjur teriris perih. Mau membatalkan janji rasanya tidak tega karena Andita sudah sangat merindu kepada Yucel. Dia mengingat kembali berbagai kenangan manisnya saat mulai masuk kelas sebagai international student. Ini adalah tujuan utamanya melanjutkan pendidikan dengan konsekuensi menempuh perjalanan ribuan mil meninggalkan negara dan Bundanya.

Yucel yang pertama kali menyapanya dan memberikan kursi kosong di sebelahnya saat Andita mengikuti kuliah perdana. Yucel juga yang mengenalkan kehidupan kampus, memberikan tips jitu menghadapi berbagai karakter dosen yang terlihat sangat serius dalam memberikan kuliah. Untunglah bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris sehingga Andita merasa mudah beradaptasi dengan tempat kuliahnya yang baru. Yucel juga sangat membantu karena telah mengenal dengan baik berbagai sudut kota Wageningen. 

Interaksi Andita dengan masyarakat lokal yang menggunakan bahasa Belanda sangat tertolong dengan kehadiran Yucel. Lelaki ini juga memberikan banyak informasi tentang resto atau caf yang menjual makanan halal, plus aneka toko yang menjual barang dengan harga studenten. Andita merenung di balik jendela kamarnya yang menghadap ke arah kebun tetangga. 

Dia menatap pepohonan yang daunnya bergoyang perlahan ditiup angin, seakan mengejeknya sedang galau memikirkan Yucel. Cuaca sedang tidak baik-baik saja di luar sana. Sisa lelehan salju masih terlihat bertengger dengan indahnya di dahan pohon. Terasa sesak dada Andita saat membaca ulang email dari Yucel. Aku kangen sama kamu Yucel, bisiknya perlahan pada foto seorang lelaki berbadan tegap dan berambut coklat yang menghiasi profil email Yucel. Dibukanya galeri ponselnya, banyak sekali foto kenangan mereka di ruang kuliah, laboratorium dan sudut tempat mereka sering lunch atau dinner saat weekend.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun