"Kamu suka Nak?"
"Aku suka sekali Bu, ini warna favoritku. Terima kasih Bu," Andita bersimpuh mencium lutut ibunya yang kembali duduk di kursinya.
"Mulai besok, kamu harus bersih-bersih memakai resep leluhur, supaya wajah dan kulitmu glowing saat hari wisuda,"
"Terserah Ibu, saya mengikut saja apa yang terbaik," Andita melengos pasrah. Dia tersenyum bahagia karena baju wisuda impian telah tersedia. Sebuah kejutan termanis yang dia peroleh di hari itu.
Hitungan mundur berlaku menjelang hari wisuda. Andita dipermak habis-habisan di salon ibunya. Si tomboy itu menurut karena sudah merasa menyesal mengabaikan segala kebaikan yang ditawarkan oleh sang Bunda. Hari wisuda tiba. Dengan langkah gemulai, Andita memasuki auditorium bersama sang Ibu. Keterampilan Ibunya dalam me-make over putri kesayangannya telah meluluh lantakkan auditorium  tempat dilaksanakannya wisuda. Semua orang terkesima, tidak menyangka bagaimana seorang Andita yang tomboy, urak-urakan menjelma sebagai Cinderella yang cantik.
Hari wisuda adalah kejaiban dan awal mula kehidupan yang manis untuk Andita dan Ibunya. Perseteruan tak berujung  karena keegoisan Andita hilang terbawa angin. Ibunya adalah segalanya dan dia rela mengabdikan diri untuk orang yang telah mati-matian melahirkan dirinya ke dunia. Hari wisuda telah menyatukan dua hati, anak dan ibu dalam satu ikatan cinta nan abadi (srn).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H