"Kasihan lah pak, anaknya masih kecil istrinya nggak kerja juga. Dan kayaknya sih bisa kerja bagus feelingku sih" ungkapku
"Ra, kamu itu terlalu baik deh. Kita kan bukan dinas sosial yang main kasihan sama semua orang lalu semua orang dimasukin kerja"
"Asem" gerutuku dalam hati
Melihat aku diam, Pak Rendra yang merupakan orang India melanjutkan lagi
"Ra, saya mengetahui siapa dia dan bagaimana perangai nya terhadapmu"
"Lha bapak tau dari mana?" aku menyelidik
Jawabannya hanya tertawa. Belakangan saya tau bahwa Pak Rendra ini punya banyak kaki tangan di area sekitar pabrik. Jadi dari laporan anak buahnya yang tersebar termasuk disekitaran rumahku, sudah banyak laporan tentang pak Amad ini
"Aduh nggak peka lagi aku" nyengir dalam hati
Masih ada rasa pengin nolong yang tinggi tanpa embel-embel yang lain selain kasihan, akupun menemui Corporate Secretary yang merangkap sebagai komisaris independent perusahaan tersebut namanya Bu Risa. Bu Risa jarang ke Jakarta lebih banyak di kantor pusat yang ada di Surabaya. Setelah aku yakinkan maka diterimalah Pak Amad ini sebagai anak buahku langsung, padahal aku penginnya ditaruh di warehouse saja. Jadi biar nggak langsung bersinggungan pekerjaan dengan aku. Tapi Ya sudahlah, mau gimana lagi. Toh niat saya hanya pengin nolong biar orang ini bisa kerja.
Hari pertama Pak Amad kerja langsung ke lapangan ada 3 container loading selesai muat dan dokumentasi kira-kira jam 12 malam. Perusahaan ini menggunakan fasilitas draw-back di departemen keuangan maka harus ada bea cukai dan dokumen harus selesai bersamaan container keluar dari pabrik.
Pada Jam istirahat jam 23.00