Tak ada jawaban
"Coba Pur, saya kasih soal di papan tulis, nanti kamu maju ya"
Saat kutulis soal, suara cekikikan Purnomo terdengar lagi. Sebagai guru yang masih berumur 18th bisa dipastikan emosinya naik ke ubun-ubun. Geram banget aku. Aku ancang-ancang mau lempar penghapus yang aku pegang. Sebenarnya nggak sakit juga sih kalau kena karena terbuat dari plastik. Tanpa ba bi bu, langsung aku arahkan penghapus ke arah Purnomo. Anak-anak sontak kaget melihat aku yang nggak pernah marah tiba-tiba melempar penghapus. Dan apa yang terjadi coba? Purnomo tertawa terbahak-bahak.
"Oh my God"
Aku melotot ke Purnomo, sementara anak yang lain diem saja ketakutan. Emang purnomo ini dari kelas satu terkenal super sekali.
"Kenapa?" tanyaku melotot
"Lucu?" kataku masih dengan rasa gondok tingkat dewa
"Lihat deh bu, rambut Jumanto ubanan" kata Purnomo menunjuk teman sebelahnya
Ahhh rupanya Purnomo menangkis penghapus yang aku lempar tadi dan kena kepala Jumanto sehingga rambutnya putih kena kapur jadi kayak orang ubanan. "Wah hebat tangkisannya" bisik hatiku.
Usia 18th menjadi guru yang masih on off emosinya. Geli juga sih atas kejujuran Purnomo. Tapi demi gengsi aku nggak mau tertawa saat masih posisi marah, wah bisa jatuhin martabat guru nih. Aku langsung keluar kelas. Kututup pintu agak keras, lalu tertawa di depan pintu sambil memegang gagang pintu.
"Bu Dara ada apa kok tertawa di depan pintu" tanya bu Sumi yang kebetulan lewat kelas V