Mohon tunggu...
Sri Rahayu
Sri Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai literasi

Seorang ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Hidupku di Jakarta

19 Agustus 2022   13:42 Diperbarui: 19 Agustus 2022   13:46 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mimpiku menjadi seorang guru kandas sudah. Ijazah S1 keguruan jurusan Bahasa Inggris sudah aku pegang dan akau masih tidak punya kesempatan untuk menjadi guru secara formal. Sedih banget. Perjalanan hidupku membawa aku harus merantau ke Jakarta. Sebuah kota yang sangat tidak aku suka. Kalau tidak karena keterpaksaan mungkin aku tidak akan ada di sini. Demi rupiah aku menginjakkan kaki dan tinggal di kota yang sudah sangat padat penduduknya dengan segala problematikanya. Dan aku menjadi seorang sekertaris. Lucu juga sih. Berangkat hanya berbekal bisa bahasa Inggris tanpa background secretary sama sekali. Tapi untungnya aku cepat menguasai pekerjaan dan mampu melaksanakan semua tugas dengan baik. Baru dua bulan memang aku di sini.

Kulihat jam tangan menunjukkan jam 17.10. Matahari masih bertengger di barat dan belum penggin tenggelam. Mumpung masih ada waktu aku duduk di halte sambil baca novel dan sembari menunggu angkot yang lewat. Beberapa angkot lewat tapi tanggung lah masih pengin baca novel yang baru saja aku beli dari toko loak di Pasar Senen minggu lalu.

"Mbak cepetan pergi, nanti ada satpol PP yang akan menagkap PKS"

"Saya kan nggak ngapa-ngapain mas. Saya nunggu bis sambil baca novel ini"

"Ini tempat PKS mangkal mbak, cepat pergi"

Tiba-tiba seorang cowok yang seusiaku lari terbirit-birit setelah memberitahuku tadi. Aku masih bingung dan nggak ngerti maksud kata-kata orang tadi. Secara aku kan bukan PKS.

Kalau inget waktu itu aku ngakak sendiri atas kepolosan seorang gadis dari kota kecil yang belum pernah tinggal di kota besar. Ini lho ya yang mungkin disebut Shock Culture (adanya beda budaya yang terlalu tajam yang kadang tidak dimengerti oleh pendatang baru).

Tiba-tiba ada orang yang berteriak kenceng banget mengagetkan aku.

"Mbak Nina, sini. Ayo bonceng"

Seorang melambaikan tangannya ternyata dia temen kantor yang lewat didepanku naik motor dan mengajakku bareng. Tanpa pikir panjang aku sudah berada diboncengan motor temenku.

"Bakso dulu ya, aku yang traktir"

"OK"

Kamipun berhenti di warung bakso yang masih di sekitaran Taman Permata Indah (TPI) Teluk Gong.

"Aku tadi ngikuti kamu dari belakang. Kamu itu batu banget ya, sudah dikasih tahu sama temenku kalau mau ada rasia malah kamu baca novel di halte."

"Maksudnya apa mas? Kan aku nggak salah apa-apa buat apa takut" kataku membela diri

"Duh dasar kampung. Polos banget sih kamu"

"Aku masih nggak ngerti mas"

"Begini ya Nani, tempat kamu duduk tadi itu adalah tempat transaksi para PKS dengan hidung belang. Siapapun yang duduk di situ ya dianggap orang nggak bener. Biarpun seorang yang agamis sekalipun ya dianggap nggak bener. Karena itu spot nggak bener. Begitu. Paham nggak kamu?"

"Oh begitu. Kenapa nggak kasih tahu aku dari kemarin-kemarin"

"Hedewh susah ngomong sama kamu. Aku tuh ya selalu ngikuti kamu sampai keluar dari lokasi kantor kita ini tanpa sepengetahuan kamu. Karena ya itu. Kamunya masih polos banget takut dibodohin orang"

"Aduh makasih banget mas. Ternyata di Jakarta masih banyak orang baik seperti mas Dani ini ya. Semoga Allah membalas kebaikanmu ya mas"

Mas Dani cuma nyengir aja

"Iya Sama-sama"

"O iya. Perlu kamu tahu juga ya. Mesti hati-hati sama orang yang baru kamu kenal, bicara seperlunya saja. Jangan terlalu baik, ini Jakarta buka Jawa ya. Kantor kita banyak tempat-tempat yang tidak aman, itu kamu juga mesti mengerti. Coba besok kamu ngobrol sama sopir-sopir kalau nggak percaya. Sekalian nanya tuh tempatnya mana saja yang kamu mesti hati-hati"

Perusahaan tempat aku kerja adalah exportir dan perdagangan serta menyewakan beberapa truck. Jadi banyak banget sopir-sopir yang mangkal di sekitaran kantor. Dan kamipun sering ngobrol seringnya sih membahas tentang pekerjaan. Belakangan baru aku mengerti motif ownernya, ternyata mengkaryakan warga sekitar yang rata-rata dalam tanda kutip menurut pendapat umum tidak baik. Hal ini untuk perlindungan kantor dan gudang kami. Tapi kalau mau jujur ya, yang dikata orang-orang kalau mereka tidak baik nyatanya mereka punya kebribadian baik juga lho. Bahkan sering membantu saya juga dalam hal-hal kemanan.

"Baik boss" jawabku seenaknya

"Dikasih tahu malah bercanda"

"Iya mas Dani, makasih banyak atas kebaikannya dan traktirannya"

Mas Dani menemaniku sampai aku naik angkot dan memastikan aku aman baru dia meninggalkan tempat tadi untuk balik ke kantor. Mas Dani tinggal di lantai 3 di kantor bersama seorang lagi yang bertugas sebagai keamanan. Mas Dani asli Pasar Baru dan orang tuanya masih tinggal di Pasar Baru. Mas Dani dipercaya pak Boss  untuk bertanggung jawab terhadap semua barang yang keluar masuk, stockis yang ada di gudang lantai 1 dan lantai 2. Sedangkan kantor nya ada di lantai 2.

"Mbak Nani pulangggg" dua gadis cilik yang montok berkulit putih langsung memelukku setelah seorang ART membukakan pintu gerbang.

"Halo cantik" sapaku riang

"Ayok masuk sayang"

"Mbak Nani mandi dulu ya. Bau angkot" kataku sambil melepaskan pelukan mereka

"Aku ada PR mbak"

"Aku besok ulangan science mbak"

Mereka masih memperebutkan aku. "Oh ya"

"Sekarang coba pilih buku kalian sesuai jadwal dulu, lalu masukin tas. Sambil nunggu mbak Nani mandi. OK? Jawabku

"Ayo ci, buru pilih buku pelajaran. Mbak Nani biar mandi dulu ya." sapa seorang pengasuh mereka yang bernama Mbak Nira

"Makasih banyak mbak Nira"

Aku langsung naik ke lantai 2, buru-buru mandi dan nggak lupa sholat dulu ya. Bagiku beribadah sangatlah penting biar sesibuk apapun. Sempat kepikiran ya Tuhan rumah segede gaban gini, ada kolam berenangnya padahal anak Cuma 3, ART banyak. Baru dua minggu aku tinggal disini dan masih saja mengalami perbedaan budaya yang sangat tajam. Di kotaku anak-anak bebas bermain diluar dengan teman-temannya, tidur siang bentaran lalu main lagi dan baru pulang menjelang magrib. Belajar kelompok juga naik sepeda sendiri. Sementara di sini, satu anak yang masih balita diasuh satu suster dan dua anak yang sudah SD diasuh satu orang yang lain. Mereka hanya main di dalam rumah, secara memang rumahnya besar ya. Tapi masih saja aneh bagi saya. "Ah sudahlah, mungkin aku yang belum pernah jadi orang kaya kali ya hahaha" pikirku

"Mau belajar di ruang belajar apa di kamar saja?" tanyaku pada mereka

"Di kamar saja mbak" kompak mereka menjawab

Mbak Nira menggendong dua buah tas dan mengikuti kami ke kamar anak-anak. Begitu pintu dibuka bau harum dan hawa dingin AC langsung memanjakan tubuh yang sudah lelah seharian bekerja. Aslinya sih pengin langsung rebahan, tapi apalah daya ada dua gadis mungil yang sangat cantik yang masih membutuhkan aku.

"Mana PR nya sayang"

"Kamu ulangan apa?"

Kamipun larut dalam diskusi, pembelajaran yang serius yang kadang ada canda. Anak-anak ini sungguh cerdas dan cepat sekali daya tangkapnya. Saya sangat bersyukur mempunyai murid yang patuh dan pintar begini. Sementara mbak Nira masih menunggu di sisi tempat tidur.

"Mbak Nira kalau mau nonton TV sama yang lain silakan mbak. Aku sama anak-anak tinggal aja nggak papa. Dijamin aman" kataku ke pengasuh anak

Mbak Nirapun keluar kamar kumpul dengan ART yang lain di kamar belakang yang ada TV nya.

Nggak terasa jam sudah menunjukkan pukul 21.20. Wah sudah malam juga ya. Terima kasih Tuhan untuk hari ini. Aku panggil mbak Nira untuk menidurkan anak-anak sementara aku naik ke lantai 2 dan mulai bisa merebahkan diri.

"Ya Tuhan. Betapa beruntungnya aku bisa tinggal di rumah ini. Biarpun kamarnya tidak terlalu besar tapi penghunuinya sangat baik semua dari bossnya sampai semua pegawai dan anak-anaknya semua baik"

Dan akupun terlelap dalam mimpi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun