Dan ternyata Roni, laki-laki yang pernah menolongnya saat mata pelajaran sejarah. Perlu waktu yang lama buat Roni untuk berterus terang apa alasannya untuk menghubungi Tina, namun Roni harus berterima kasih kepada burung-burung yang beterbangan di sudut luar jendela ruang tamu rumah Siska, burung-burung itu seakan memberi isyarat kepada Tina bahwa Roni menunggu jawaban atas suratnya. Tina hanya bisa mencoba menjawab seadanya bahwa hatinya sudah berbagi , namun bukan jawaban itu sebenarnya yang diharapkan Roni. Roni langsung menutup telponnya diikuti burung-burung yang pergi meninggalkan rumah Tina, tak ada ucapan slamat tinggal. Bunga yang dulu mekar mewangi di halaman rumah Tina kini layu seakan tak ada tetes embus yang membasahinya. Cahaya bulan di malam hari takkan pernah lagi datang ke hadapan Roni. Semua tlah pergi, jauh ke ujung bumi, bagaikan buah yang memiliki dua rasa, sang pohon pun harus memilih satu diantara rasa buah itu, manis untuk Tian dan pahit untuk Roni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H