Mohon tunggu...
Kemas Achmad Mujoko
Kemas Achmad Mujoko Mohon Tunggu... Sociology of Development Student, Universitas Negeri Jakarta -

Equivalent Exchange

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Angkasa

5 Oktober 2015   17:18 Diperbarui: 5 Oktober 2015   19:20 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandanglah

Kau akan merasakan nafas

Rasakan

Jangan ditahan, kau akan merasa sesak

                Suatu hari ketika alam semesta diciptakan, dimana hanya entitas tertinggi yang mengendalikan setiap pembentukan segala entitas. Entitas tertinggi menjadi sebuah entitas tanpa definisi. Tanpa mendefinisikan berarti kita tidak perlu mempelajari tentang entitas tertinggi, tanpa perlu mengetahui dimana keberadaannya. Ada, tapi tidak berwujud, ada namun tidak menempati ruang dan waktu, ada namun tidak termanifestasi dalam partikel-partikel, dia ada. Hanya perlu dipercaya.

                Entitas tertinggi diciptakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum mampu dijawab oleh entitas-entitas di alam semesta. Tidak perlu mendefinisikan secara logis atau empiris mengenainya. Ia adalah sosok non logos yang tanpa harus dimaknai dengan rasionalitas—ah anda akan menemukan fundamentalis atau antititas. Disisi lain, entitas tertinggi juga memiliki posisi menempati kedudukan untuk memenuhi satu dari empat cinta, jika tanpanya, tak lengkaplah sebuah proses mencintai. Proses dimana empan unsur cinta; eros, philia, agape, dan store termanifestasi dalam satu bentuk keutuhan cinta. Itulah cinta yang sempurna.

Ketika sang entitas tertinggi itu menciptakan alam semesta, ia menciptakan system yang begitu rumitnya. Dalam penciptaan system itu, ia menciptakan penjaga, menciptakan setiap fungsi dari fungsional organis. Salah satu yang ia ciptakan adalah entitas konstelasi, entitas yang menjaga kestabilan alam semesta, menjaga setiap nilai mampu dilihat oleh setiap konstelasi.

            Ketika Libra diciptakan, Libra menjadi konstelasi yang diharuskan menjaga setiap konstelasi agar tetap stabil, menjadi konstelasi yang paling dekat dengan entitas tertinggi. Dalam kerjanya setiap waktu, libra memastikan bahwa setiap konstelasi bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tidak ada satu konstelasi yang mampu mengerjakan setiap tugas, suatu konstelasi memiliki setiap keahliannya masing-masing. Sagitarius, sang penjaga, Virgo, sang penjaga kedamaian, Pisces, sang buku pengetahuan dan masih banyak lagi.

“Wahai engkau sang Merkurius, bisakah anda menjelaskan kepada saya apa yang masalah yang anda hadapi dalam alam semesta ini?” Libra menannyakan kepada Merkurius ketika ia sedang melakukan sebuah perjalanan untuk menilai seberapa seimbangnya alam semesta yang dijaganya.

Merkurius dengan lantang menjawab, “Libra, menjadi entitas yang selalu dinilai buruk adalah hal yang buruk pula bagi saya. Dalam menjalani putaran nan monotone ini, saya merasa menjadi makhluk ke-2, bagaimana bisa entitas satu menindih entitas lainnya?.

“Apa yang telah merugikan dirimu?”

“Hidup saya tidak memiliki pilihan wahai Libra. Mungkin tidak ada rugi secara materialis untuk saya, namun dalam pengembangan jatidiri saya, entitas lain disekitar saya, semuanya dirugikan dalam setiap pemikiran kami, kami dikekang untuk tidak dapat memilih akan seperti apa kita, jika kami hanya diciptakan dan hanya memiliki satu pilihan dalam hidup—tentunya jawaban ya, mengapa kami diciptakan di alam semesta ini?”

“Merkurius, jawaban saya akan menjawab dua pertanyaan anda. Entitas tertinggi menciptakan entitas-entitas dengan begitu rumitnya, untuk menjelaskan kerumitan itu, entitas tertinggi menciptakan petunjuk. Sadarkah anda mengapa  entitas tertinggi menciptakan heriarki? Karena entitas tertinggi ingin menyadari anda bahwa masih ada entitas lain dibawah anda. Ketika anda sadar bahwa anda masih memiliki entitas lain yang lebih rendah daripada anda, itulah tujuan entitas tertinggi menciptakan anda, ia ingin membuat pengalamannya. Membuat PengalamanNya.”

“Saya sadar itu, apakah anda memiliki permasalahan wahai Libra?”

“...”

“Saya memahami apa masalah anda, anda belum menemukan masalah anda.”

Libra harus berterima kasih kepada Merkurius, karena setidaknya ia telah menydari salah satu kecemasan terbesarnya. Merkurius yang telah menyadari Libra mengenai masalahnya kini tersadar mengenai masalah itu. Libra semakin tertarik untuk mencari masalahnya, meskipun ia telah banyak menggali masalah-masalah dari setiap entitas, namun ia sendiri masih sangat sulit menemukan masalahnya. Sampai suatu saat, Libra menjadi gusar karena keproduktifannya untuk menjaga setiap entitas berjalan dengan baik menjadi buruk—meskipun ia sadar bahwa masalah mencari masalah adalah masalah, namun bukan itu. Mencari masalah adalah masalah bukanlah masalahnya, yang menjadi masalah adalah apakah masalahnya.

Libra menjadi semakin berfikir, tantangan yang paling mengganggu setiap entitas bukanlah kematian atau kemusnahan. Namun yang paling mengganggu adalah kecemasan. Kecemasan lebih menyeramkan daripada ketakutan, karena ketika kita cemas, kita tidak mengetahui apa subjek permasalahan yang kita hadapi. Berbeda untuk takut, takut adalah manifestasi dari sebuah kepastian mengenai masalah. Menjadi mempertanyakan sebuah masalah—ah atau tepatnya mencari masalah—menjadi sebuah kecemasan tersendiri untuk Libra.

Untu menjawab kecemasannya—tentunya untuk menemukan subjek, libra semakin yakin bahwa ia harus menemukan jawabannya. Ia bisa saja menannyakannya pada entitas tertinggi, jika ditanyakan kepada entitas tertinggi, untuk apa ia diciptakan?

“Accommodador, kau harus mencoba mendefinisikannya wahai libra.”

“Saya mengerti mengenai hal tersebut, sangat mengetahui, bahkan dalam pembelajaran menjadi konstelasi Libra, saya harus mengenal berbagai rumus yang begitu rumitnya untuk mengetahui bagaimana system bekerja, bagaimana alam semesta bergerak. Kadang dalam pendefinisian tersebut, saya ragu akan segala yang pernah saya pelajari. Dalam accomodador, ia menjelaskan mengapa terjadi ketidak samaan dalam hukum-hukum alam. Hal ini juga menjelaskan mengapa nilai 10-10000000 sangat penting dalam menjaga keseimbangan alam semesta. Bukan hanya pangakat tersebut, bahkan pangkat yang tak terhingga-pun dapat menjadi sebuah masalah. Yang membuat penghitung menjadi menyerah untuk menghitung yang padahal ia tinggal selangkah lagi menuju keberhasilan.”

“Apakah kau pernah mendefiniskannya kembali wahai libra? Pernahkah anda menjelaskan mengapa selisih yang sebegitu sepelenya menjadi sangat berarti bagi anda?”

“…”

“Kemudian jika saya tanyakan kembali, apakah anda benar-benar mempercayai apa yang entitas tertinggi telah anda ajarkan kepada anda? Yang kemudian jika saya memutar balik pertanyaan saya di awal, jika anda tidak memiliki masalah, apakah itu berarti anda adalah entitas tertinggi?”

Libra semakin merasa bingung akan segala pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Bagaimana bisa saya tidak memiliki masalah. Ah, ingin rasanya ia kembali ke langit ke-7 untuk kembali belajar mengenai apa yang belum ia pelajari tentang kehidupan.

 

Biarlah saya mulai untuk menjadi orang yang tidak dicintai, tapi yakinlah, saya bisa mencintai tanpa dicintai. Karena cinta bukanlah tentang jual dan beli.

            Semenjak pertemuannya dengan merkurius, ia mulai menjawab dan menerka-nerka mengenai masalahnya. Namun rasanya tidak ada yang salah dalam hidupnya, semuanya berjalan dengan baik, setidaknya menurutnya.

            Pada masa ketimuran sebuah konstelasi seperti libra, nilai-nilai kebaikannya mulai semakin redup. Bintang yang menjadi nilai baiknya semakin meredup, hilang, atau bahkan meledak menjadi keburukan-keburukan. Planet. Kehilangan kebaikannya itu menjadikan sistemnya semakin rumit, semakin banyak hukum 3 Kepler yang ia harus rumuskan. Ketika satu dari segala system berubah, Ia harus mulai menghitung segala system terbaik dengan peluang-peluangnya. Penghitungan tersebut sudahlah biasa bagi Libra.

“Merkurius, apakah anda mengenal entitas yang paling memiliki masalah?”

“Pluto”

Ia mulai mencari entitas Pluto untuk menannyakan mengenai masalah-masalah yang dihadapinya, barangkali Libra menemukan masalahnya juga dalam Pluto.

“Bagaimana saya bisa menemui Pluto?”

“Tunggulah, bersabarlah, ia adalah entitas yang begitu bebasnya hingga jika ingin ditemui harus menunggu sebuah kebetulan bahwa ia ingin menunjukkan penciteraannya.”

Sejujurnya, Libra adalah entitas yang paling enggan untuk menunggu, ia lebih senang untuk menjemput. Prinsip yang telah dicekoki padanya memaksanya untuk memiliki nilai, lebih awal atau tepat waktu, bukan terlambat. Hal ini yang menjadikannya entitas yang paling dekat kepada entitas tertinggi.

Baginya, kadang menunggu sebuah ketidak pastian adalah jebakan paling menyeramkan, karena ia bisa melakukan hal lain ketika ia menunggu sebuah ketidak pastian. Namun untuk Pluto kali ini, ia rela untuk menunggu sebuah ketidak pastian. Ketika menunggu sebuah ketidak pastian ini, Libra enggan untuk melakukan apapun. Bahkan untuk melakukan hal-hal yang menjadi pekerjaannya. Karena menurutnya tanpa Pluto ia akan buta akan segala pekerjaannya. Meskipun ia tidak dibayar untuk menunggu, ia dibayar untuk menjaga.

Dalam penantiannya, Libra banyak berdiskusi dengan Merkurius. Berdiskusi mengenai kebaikan dan ketiadaan kebaikan—kini ia mengerti mengapa ia harus menggunakan kalimat positive.

“Bagaimana menjadi entitas yang jahat menurutmu?”

“Tidak ada kejahatan, begitu pula kegelapan. Yang ada ialah ketiadaan kebaikan dan ketiadaan cahaya, karena pada dasarnya entitas tertinggi hanya menciptakan kebaikan.”

“Saya setuju dengan anda wahai Merkurius. Tiada yang namanya kejahatan, yang ada hanyalah ketiadaan kebaikan, entitas tertinggi membentuk setiap kebaikan, namun ia juga membentuk spectrum ketiadaan kebaikan. Namun dalam spectrum ketiadaan kebaikan itu pada dasarnya semakin jauh ia berada dari kebaikan, maka semakin tiada kebaikan dalam dirinya. Bagaimana dengan anda wahai merkurius? Bukankah anda sangat dekat dengan matahari? Bukankah dalam teorinya seharusnya dirimu memiliki sisi baik yang tinggi?”

“Akan saya jelaskan perlahan, matahari memiliki unsur kebaikan yang sangat tinggi hingga mencapai kesempurnaan, namun ia tidak sempurna pada dasarnya, janganlah lupa bahwa matahari juga memiliki bercak bercak ketiadaan cahaya. Saya merkurius dekat dengan matahari, saya diterangi oleh matahari sedemikian dekatnya, namun percayalah wahai libra, cahaya tidak akan berpengaruh pada jarak, konsep anda salah, cahaya hanya akan meredup ketika ia melalui hambatan. Saya juga memiliki sisi baik, meskipun saya dilahirkan untuk tidak memiliki kebaikan, kemudian bagaimana dengan Pluto? Ia sangat minim akan kebaikan, dan juga tentunya sangat banyak akan permasalahan, namun percayalah, ia tetap mendapatkan sinar matahari. Tidak ada entitas yang paling baik secara sempurna dan tidak ada entitas yang tidak memiliki kebaikan secara sempurna pula. Ingatkah anda pada konsep solidaritas? Tidak ada solidaritas yang secara penuh mekanis dan tidak ada pula solidaritas yang secara penuh organis.

“Bisakah saya menannyakan satu hal lagi?”

Merkurius mengangguk.

“Saya menjadi konstelasi yang dinaungi oleh banyak bintang dan planet, yang artinya saya memiliki kebaikan dan juga ketiadaan kebaikan. Entitas tertinggi—dan tentunya konstelasi lain—memaksa saya hanya menunjukkan apa yang mereka inginkan, tentang kebaikan dan nilai baik. Demikian pula tentang apa yang saya rasakan, saya merasa bahwa entitas lain tidak menginginkan cerita buruk—ah mungkin lebih baik menggunakan terminology “cerita yang tidak baik”. Itulah yang memaksa saya untuk tidak menceritakan apapun mengenai keinginan saya sehingga saya cenderung untuk “terlihat serba baik””

“Menurut anda, apakah tujuan entitas tertinggi mengedukasi anda?”

“Agar saya belajar.”

“Pernahkan anda belajar bagaimana caranya belajar?”

“Tidak, tapi saya tahu mengenai epistemology.”

“Lalu apa yang anda pelajari tentang epistemology, apakah manfaat dari pembelajaran epistemology?”

“Ah anda mulai terlihat seperti Socrates. Ya menurut saya bukan masalah mengenai bagaimana cara saya belajar, tapi menurut saya, belajar adalah sebuah proses.”

“Termasuk dalam belajar mengungkapkan apa yang kamu rasakan, bukan?”

“Ya, sangat sulit bagi saya untuk menceritakan apa yang saya inginkan, mungkin denganmu saya bisa mulai belajar mengungkapkan apa yang saya rasakan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun