Mohon tunggu...
Rudi Dari Rumpin
Rudi Dari Rumpin Mohon Tunggu... -

Sekarang mengajar di SDN Sukasari 04 Rumpin Bogor. Aktip di Pengurus Cabang PGRI Kecamatan Rumpin. Aktif menulis puisi dan Cerpen , serta menjadi blogger di http//www.bloggurudarirumpin.blogspot.com. \r\ndan http//www.rumpinnews.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Salah Menafsirkan Makna Persahabatan

23 Maret 2017   18:54 Diperbarui: 23 Maret 2017   18:56 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Nampaknya rembulan sedang bersinar cerah di hatimu.” Godaku sambil menghampiri Bu Dinar.

“Siang bolong begini, mana ada sinar rembulan ? Lihat tuh jam dinding, pukul 12.30 sekarang.” Bu Dinar menunjuk jam dinding di kelasku.

“Maaf, tadi aku datang kesiangan, jadi kita tidak sempat bertemu. Mau menemui ibu sebelum aku masuk ke kelas, takut menganggu yang sedang asik mengajar. Dan aku sudah hapal benar dengan sikap ibu Dewi, paling tidak suka kalau diganggu di tengah – tengah kegiatan pembelajaran.” Ujar Bu Dinar.

“Bukan tidak suka, tapi memaang tidak baik kan memotong proses pembelajaran hanya untuk ngobrol soal pribadi atau sekedar berbasa basi yang tidak penting. Mengajar itu membutuhkan focus supaya tujuan yang sudah kita rencanakan dapat tercapai dengan baik.” Jelasku sambil sama – sama melangka ke ruang guru.

“Aku mau mampir yah, ada kabar yang mau aku sampaikan sama ibu. Penting tapi ini rahasia.” Bisik Bu Dinar di tengah perjalanan menuju ruang guru.

“Sekalian makan siang bareng. Aku tadi pagi masak banyak. Sambalnya mantap, ada sayur asam, ikan asin dan lalapan, sangat cocok untuk makan siang.”

“Wah, jadi tidak sabar nih. Air liurku langsung mengalir deras mendengar semua menu kesukaanku disebutkan”. potong Bu Dinar sambil bercanda.

Selepas menyantap hidangan makan siang, Bu Dinar mulai menyampakain cerita yang menurutnya sangat membahagiakan.

“Akhirnya aku akan bisa juga seperti Bu Dewi dan guru – guru lain yang sudah menerima tunjangan sertifikasi.” Ujar Bu Dinar dengan raut wajah bahagia.

“Syukur lah, memang sekarang yang belum S1 bisa disertifikasi juga ?” Tanyaku heran.

“Saiapa bilang ? Lihat nih, aku sekarang punya ijazah S1.” Bu Dinar segera mengeluarkan map berisi ijazah dan memperlihatkannya padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun