Mohon tunggu...
Spaceworks Incubatorium
Spaceworks Incubatorium Mohon Tunggu... -

Spaceworks Incubatorium: Architecture, urbanism, and various other nonsensical matters - www.spcwrks.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Jakarta, Kemacetan, Jalan Tol, & Transportasi Publik Berbasis Rel

12 Februari 2016   17:57 Diperbarui: 12 Februari 2016   18:42 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara itu, satu kata yang dapat menggambarkan transportasi publik berbasis rel adalah: Efisien.

Rute, kecepatan, waktu, dan kondisi kendaraan pada moda transportasi berbasis rel sangat terencana dibandingkan moda transportasi yang lainnya. Banyak keputusan tentang perjalanan dan pergerakannya telah dibuat sejak jauh-jauh hari secara sistematis, atau berupa rencana perjalanan yang tidak berubah-ubah dan bersifat terbuka, atau berupa prosedur kerja yang telah dibakukan. Semuanya tidak berubah-ubah, semuanya tidak mengandalkan pikiran, pertimbangan, dan kehendak dari ribuan kepala yang membuat keputusannya masing-masing secara langsung di atas aspal jalanan.

 

Semua orang di dunia beradab sudah tahu dan sadar-sesadar-sadarnya bahwa moda transportasi berbasis rel memiliki kapasitas yang luar biasa besar dengan efisiensi ruang yang sangat tinggi dibandingkan moda transportasi kendaraan pribadi. Sebuah motor - normalnya - hanya boleh mengangkut 2 orang dan sebuah mobil pribadi dapat mengangkut maksimal 10 orang, walaupun lebih sering hanya diisi satu atau dua orang saja. Sementara MRT Jakarta yang sedang dalam proses pembangunan, misalnya, satu kali sebuah rangkaian bergerak ia mampu mengangkut dua ribu orang sekaligus dan direncanakan rangkaian akan berangkat setiap 5 menit sekali; itu sama dengan 1000 buah mobil yang terisi 2 orang. Jika kita jajarkan mobil sejumlah itu di sebuah jalan dengan 3 lajur, kita akan mendapatkan antrian mobil sepanjang lebih dari 1.5 kilometer - yang akan bertambah setiap lima menit sekali.

 

Moda transportasi berbasis rel yang digunakan untuk keperluan dalam kota, seperti MRT, memang tidak memiliki kecepatan yang tinggi. Jika MRT Jakarta kita jadikan contoh lagi, walaupun kecepatan maksimalnya adalah 110 km/jam, untuk penggunaan komersialnya nanti ia akan bergerak pada kecepatan 30 km/jam saja. Terbilang lamban jika dibandingkan kecepatan mobil di Jalan Tol yang dapat mencapai 120 km/jam atau lebih (yang sesungguhnya maksimal di 80 atau 100 km/jam). Tetapi dibandingkan moda transportasi berbasis kendaraan pribadi, ada sangat sedikit gangguan atau kecelakaan yang dapat terjadi terhadapnya. Tidak ada gerakan pegas atau cacing yang terjadi, karena setiap rangkaian kereta akan bergerak berdasarkan jadwal, bukan suasana hati pengemudinya. Tidak ada truk yang dapat menghambat perjalanannya, tidak ada lubang, pedagang kaki lima, jalan menyempit, dan hal-hal lainnya yang menjadi alasan untuk melambatkan laju dengan tiba-tiba. Hasilnya adalah dengan kecepatan yang wajar dan aman, orang akan sampai di tempat tujuan dengan lebih cepat dibandingkan jika menggunakan kendaraan pribadi.

Hasil dari efisiensi dalam hal terencana, kapasitas, dan kecepatan adalah efisiensi dalam waktu dan energi.

Kita telah tahu bahwa selama transportasi masih didominasi kendaraan pribadi, daerah di sekitar tempat yang banyak dituju publik adalah tempat yang akan selalu dilanda kemacetan, selain karena volume kendaraan, adalah juga karena mereka akan bergerak berlamban-lamban mencari tempat parkir. Jika orang berpindah tempat tanpa membawa-bawa kotak berukuran 1.8 x 4.2 meter bersamanya, maka aliran manusia akan lebih lancar, tidak perlu membuang waktu untuk mencari tempat memondokkan kotak besi yang dibawanya tersebut, hasilnya waktu yang diperlukan untuk menuju tempat tujuan menjadi jauh lebih singkat, ada lebih banyak waktu yang produktif atau dinikmati.

Waktu yang dibuang untuk proses perjalanan dan mencari parkir adalah waktu yang digunakan untuk membuang-buang energi yang sangat berguna sekaligus ikut bersumbangsih untuk kotornya udara perkotaan. Ruang yang kosong di dalam sebuah kendaraan pribadi adalah ruang yang tak memiliki daya guna namun tetap harus "dibayar" menggunakan pembakaran energi. Pada moda transportasi kendaraan pribadi, semakin ramai dan penuh-sesak jalanan, semakin jeblok efisiensinya; sementara - karena tidak mengenal kemacetan - pada moda transportasi berbasis rel, semakin ramai dan penuh-sesak perjalanan, semakin tinggi efisiensinya. Dan walaupun rangkaian kereta mungkin akan kosong atau lengang pada waktu-waktu tertentu, energi yang digunakan adalah energi listrik yang terbarukan dan tidak menghasilkan emisi gas buang.

Jika efisiensi-efisiensi tersebut dapat dicapai dan mendominasi pergerakan manusia di sebuah kota seperti Jakarta, maka yang akan dihasilkan adalah keuntungan ekonomis - untuk semua pihak.

Dengan mobilitas yang semakin cepat dan kapasitas yang tinggi, maka akan semakin besar pula potensi ekonomi yang mengandalkan mobilitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun