Mohon tunggu...
Spaceworks Incubatorium
Spaceworks Incubatorium Mohon Tunggu... -

Spaceworks Incubatorium: Architecture, urbanism, and various other nonsensical matters - www.spcwrks.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Jakarta, Kemacetan, Jalan Tol, & Transportasi Publik Berbasis Rel

12 Februari 2016   17:57 Diperbarui: 12 Februari 2016   18:42 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tidak mau menjadi tikus dan kecoak yang hidup mengendap-endap menumpang pada kota yang diabdikan untuk mobil dan motor. Kita bukan butuh lebih banyak dan lebih luas lagi jalanan untuk mereka, kita butuh metode lain dalam bertransportasi, yang lebih sehat.

***

Bahkan pada kenyataanya, andai kata kita telah memutuskan untuk rela hidup bagai tikus dan kecoak di kolong jalanan milik mobil dan motor, andai kata seluruh area kota ini ditutupi jalanan, seperti kanopi yang mengangkangi segala hal lain di bawahnya; macet tetap saja akan terjadi.

Karena kemacetan terjadi terutama di daerah sekitar tempat tujuan dan karena tempat dan waktu berkegiatan warga pada umumnya seragam; kerja, ke sekolah, atau ke pasar di pagi hari, pulang atau sedikit nongkrong di sore hari, dan hiburan di akhir minggu. Selama moda transportasinya kendaraan pribadi, akan selalu ada kemacetan di jalan di sekitar perumahan, perkantoran, perbelanjaan, sekolah, pasar; daerah padat tempat tinggal dan tempat beraktivitas penduduk kelas menengah dan menengah ke atas setiap pagi dan sore.

Jangankan sekadar jalanan perkotaan, jika setiap orang atau mayoritas orang yang menyeberang antara Banten dan Lampung menggunakan kapal pribadi, maka sehebat apapun Selat Sunda dapat menampung kerumunan kapal tersebut, pelabuhan Merak dan pelabuhan Bakauheni yang pada akhirnya akan tewas tercekik.

Barangkali Selat Sunda memang masih terlalu sempit. Lalu bagaimana dengan pesawat-pesawat terbang di langit luas hampir tak berbatas yang saat ini saja terpaksa harus mengantri untuk bisa mendarat di bandara Soekarno Hatta. Bayangkan jika mayoritas penumpang pesawat membawa pesawatnya masing-masing.

Seluas apapun ruang yang disediakan untuk transportasi berbasis kendaraan pribadi, tetap saja tidak akan pernah cukup. Kita bukan butuh ruang yang lebih luas lagi untuk kendaraan pribadi, kita butuh metode lain dalam bertransportasi, yang lebih waras.

***

Lalu mungkin lantas kita berfikir; tetapi yang hendak dibangun adalah bukan sekadar jalan, melainkan Jalan Tol, Jalan Bebas Hambatan, yang ditujukan bukan untuk transportasi yang dekat-dekat saja, yang tidak secara langsung terganggu oleh berbagai macam tempat tujuan yang telah disebutkan, yang menghubungkan berbagai titik di dalam kota secara makro, bukan jalan-jalan kecil "di sekitar tempat tujuan" dengan banyak persimpangan dan gerbang keluar-masuk di pinggirannya.

Maka lihatlah Tol Dalam Kota yang saat ini telah ada. Lihat pula bagaimana jadinya Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road saat ini.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun