"Mereka memang menggunakan tangan orang untuk menindak. Tidak berani melakukan tindakan, tetapi melakukan tindakan dengan menggunakan tangan orang. Itu seperti yang dibilang oleh Anas (Anas Urbaningrum), nabok nyilih tangan", kata Marzuki dikutip dari laman kompas.com.
Kekecewaan Marzuki Alie yang ia ekspesikan melalui pernyataan temannya Anas Urbaningrum sepertinya sebuah tamparan yang berulang. Seolah-olah para pengurus Partai Demokrat adalah orang yang doyan dengan menabok orang dengan tangan orang lain alis nabok nyilih tangan.
Namun tunggu, apakah Anas Urbaningrum juga adalah salah satu korban nabok nyilih tangan oleh pengurus partai?
Memang benar, pada tahun 2013 ketika Android belum lahir dan WA belum menunjukan batang hidungnya, Anas Urbaningrum pernah menyinggung seseorang melalui status Blackbery miliknya. Ia menuliskan Nabok Nyilih Tangan ketika momentum dirinya sedang dalam sergapan KPK.Jabatannya sebagai Ketum Demokrat pun sedang diujung tanduk.
Tetapi sampai saat ini, teka-teki siapakah orang yang ia maksudkan itu belum jelas siapa. Namun sepertinya misteri itu sekarang terungkap. Marzuki Alie sepertinya ingin mereduplikasi pernyataan temannya itu sekaligus ikut membongkar siapakah yang selama ini kerap bermain Nabok Nyilih Tangan diinternal demokrat.
Lebih lanjut dalam pernyataannya, Marzuki Alie mendapat laporan bahwa ada ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang diminta untuk membuat surat pernyataan agar DPP melakukan pemecatan terhadap sejumlah kader. Para ketua DPD dikumpulkan di Jakarta untuk menindak kader yang mencoba mengkudeta AHY.
Jika halnya demikian, misteri Nabok Nyilih Tangan versi Anas Urbaningrum sepertinya menemukan jalannya. Para ketua DPP ini digambarkan sebagai tangan yang digunakan oleh pengurus pusat Partai Demokrat untuk menindak orang lain. Alhasil, para ketua DPP ini hanyalah alat semata untuk melanggengkan kekuasan yang saat ini memimpin.
Perilaku Nabok Nyilih Tangan merupakan hal yang lumrah dalam dunia perpolitikan. Menggunakan tangan orang lain untuk mereduksi pengaruh atau untuk menjatuhkan seseorang bertujuan untuk menjaga citra dari rezim atau penguasa.
Sang penguasa sangat malu-malu untuk menabok langsung lawan politiknya. Akhirnya, mau tidak mau ia menggunakan tangan orang lain untuk memberangus orang yang mencoba menggangu kekuasaannya. Ia tidak ingin tangannya kotor atau citranya rusak untuk hal-hal yang berbau demikian.
Tak ada jiwa kstaria dari sang penguasa tersebut. Jika ia berani untuk membuat kebijakan dengan menyakiti ataupun untuk menendang keluar lawan-lawannya, mengapa ia harus menggunakan tangan orang lain.
Istilah Nabok nyilih tangan yang digunakan oleh Marzuki Alie adalah sebuah adegan politik yang apik. Para jajaran pengurus Partai Demokrat khususnya SBY dan AHY tentu sosok yang paling dirugikan dari istilah ini. Semoga saja hal ihwal ini menemukan jalan keluar.