Pertunjukan panggung politik yang dipersembahkan oleh Partai Demokrat (PD) kian hari kian meruncing. Sungguh alangkah menariknya skenario yang saat ini menghiasi dunia politik Indonesia. Para penonton diharap jangan pulang dulu.
Sejak bulan Februari hingga Maret, prahara rumah tangga PD makin menunjukkan ketidakharmonisan. Hal ini dibuktikan dengan dipecatnya beberapa kader potensial Demokrat. Pemecatan itu merupakan imbas dari marah-marah SBY terhadap beberapa bawahannya itu.
Tersebutlah ada enam nama yang dipecat oleh Dewan Kehormatan PD. Satu figur yang paling menarik ialah Marzuki Alie. Siapa yang akan menyangka, bekas Ketua DPR RI ini harus ditabok (baca: dipecat) dari statusnya sebagai kader Demokrat.
Alasan utama mengapa Marzukie Alie dipecat tidak lepas dari isu kudeta yang beberapa waktu silam diangkat ke publik. Marzukie Alie dan enam anggota yang lain dituduh ikut menjadi bagian dari provokasi jabatan Ketua Umum (Ketum) yang sekarang diduduki oleh putra sulung SBY sendiri, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD) terendus setelah AHY menuding bahwa ada pihak eksternal yang ingin menggulingkan kekuasaannya. Aroma busuk tersebut kemudian terendus oleh pengurus partai. Secara proaktif, para pengurus partai melakukan pemanggilan kepada beberapa kadernya.
Alhasil, pemeriksaan tersebut pun membuahkan pemecatan. Marzuki Alie adalah salah satu yang terkena dampaknya. Walaupun sudah membantah bahwa dirinya tak terlibat dan tak tahu menahu, nyatanya ia tetap saja ditabok.
Marzuki Alie bukanlah anak kemarin sore dalam mengurus PD. Ia adalah rintisan dari partai berlambang merci tersebut. Melalui PD juga lah ia lolos melanggeng sebagai anggota DPR hingga duduk menjadi Ketua DPR RI dua periode.
Atas pemecatannya itu, Marzuki Alie merasa bahwa PD sedang diambang kehancuran. Ia pun lalu berseloroh bahwa pemecatannya itu merupakan tindakan menggunakan tangan orang lain. Atau dalam istilah Jawa, kondisi ini dimaknai sebagai Nabok Nyilih Tangan.
Lantas pertanyaannya ialah, Tangan Siapa yang digunakan Untuk Menabok bapak, Pak?
Marzuki Alie menyatakan demikian tentu berangkat dari sebuah pengalaman historis yang ia alami. Ia menyebut bahwa orang yang melakukan kudeta di Demokrat ialah SBY itu sendiri.
"Mereka memang menggunakan tangan orang untuk menindak. Tidak berani melakukan tindakan, tetapi melakukan tindakan dengan menggunakan tangan orang. Itu seperti yang dibilang oleh Anas (Anas Urbaningrum), nabok nyilih tangan", kata Marzuki dikutip dari laman kompas.com.
Kekecewaan Marzuki Alie yang ia ekspesikan melalui pernyataan temannya Anas Urbaningrum sepertinya sebuah tamparan yang berulang. Seolah-olah para pengurus Partai Demokrat adalah orang yang doyan dengan menabok orang dengan tangan orang lain alis nabok nyilih tangan.
Namun tunggu, apakah Anas Urbaningrum juga adalah salah satu korban nabok nyilih tangan oleh pengurus partai?
Memang benar, pada tahun 2013 ketika Android belum lahir dan WA belum menunjukan batang hidungnya, Anas Urbaningrum pernah menyinggung seseorang melalui status Blackbery miliknya. Ia menuliskan Nabok Nyilih Tangan ketika momentum dirinya sedang dalam sergapan KPK.Jabatannya sebagai Ketum Demokrat pun sedang diujung tanduk.
Tetapi sampai saat ini, teka-teki siapakah orang yang ia maksudkan itu belum jelas siapa. Namun sepertinya misteri itu sekarang terungkap. Marzuki Alie sepertinya ingin mereduplikasi pernyataan temannya itu sekaligus ikut membongkar siapakah yang selama ini kerap bermain Nabok Nyilih Tangan diinternal demokrat.
Lebih lanjut dalam pernyataannya, Marzuki Alie mendapat laporan bahwa ada ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang diminta untuk membuat surat pernyataan agar DPP melakukan pemecatan terhadap sejumlah kader. Para ketua DPD dikumpulkan di Jakarta untuk menindak kader yang mencoba mengkudeta AHY.
Jika halnya demikian, misteri Nabok Nyilih Tangan versi Anas Urbaningrum sepertinya menemukan jalannya. Para ketua DPP ini digambarkan sebagai tangan yang digunakan oleh pengurus pusat Partai Demokrat untuk menindak orang lain. Alhasil, para ketua DPP ini hanyalah alat semata untuk melanggengkan kekuasan yang saat ini memimpin.
Perilaku Nabok Nyilih Tangan merupakan hal yang lumrah dalam dunia perpolitikan. Menggunakan tangan orang lain untuk mereduksi pengaruh atau untuk menjatuhkan seseorang bertujuan untuk menjaga citra dari rezim atau penguasa.
Sang penguasa sangat malu-malu untuk menabok langsung lawan politiknya. Akhirnya, mau tidak mau ia menggunakan tangan orang lain untuk memberangus orang yang mencoba menggangu kekuasaannya. Ia tidak ingin tangannya kotor atau citranya rusak untuk hal-hal yang berbau demikian.
Tak ada jiwa kstaria dari sang penguasa tersebut. Jika ia berani untuk membuat kebijakan dengan menyakiti ataupun untuk menendang keluar lawan-lawannya, mengapa ia harus menggunakan tangan orang lain.
Istilah Nabok nyilih tangan yang digunakan oleh Marzuki Alie adalah sebuah adegan politik yang apik. Para jajaran pengurus Partai Demokrat khususnya SBY dan AHY tentu sosok yang paling dirugikan dari istilah ini. Semoga saja hal ihwal ini menemukan jalan keluar.
Ibarat pepatah lempar batu sembunyi tangan. Batunya dari Demokrat dan Tangan yang melempar ialah orang yang berada disekitar Demokrat pula. Alhasil, kepala Pak Marzuki dan Anas Urbaningrum pun bedarah plus benjol. Ahh alangkah sakitnya itu Pak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H