Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Begini Cara Jokowi Jawab Sindiran Cikeas

15 Februari 2021   11:49 Diperbarui: 15 Februari 2021   11:53 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Laman Twiter Presiden Joko Widodo @jokowi, Fotografer : Agus Suparto

Lika-liku kehidupan politik antara cikeas dan istana rupanya masih terus berlanjut. Skenario politik yang semakin lebar serta telah melibatkan banyak orang tentu pantas untuk kita pantengi. Saya anggap pertikaian politik ini sebagai bonus kepada mereka yang suka nongkrong diwarung kopi. Yah setidaknya kita ada bahan diskusi lah, gak bahas covid muluh, namun pure tentang politik.

Jadi gini, bermula dari isu kudeta yang dihembuskan oleh AHY dan jajaran pengurus di Partai Demokrat, suasana gaduh antara istana dan Cikeas pun dimulai. Sebenarnya kasus ini bila dicermati hanya melibatkan dua tokoh, yakin AHY dan Moeldoko. Namun, semakin kesini isu kudeta AHY malah semakin mencibir banyak pihak, termasuk Pak Jokowi itu sendiri.

AHY menunding bahwa istana mengampuh gerak Moeldoko untuk mengkudeta AHY melalui Kongres Luar Biasa (KLB). Dalam rangka mencari kebenaran dan pembelaan, bersuratlah AHY kepada sang empunya kuasa. Namun sungguh apes nasib AHY, suratnya tak dibalas dan istana mengoper balik bola panas dengan umpang lambung ke internal partai demokrat. Sontak, seisi  tongkrongan warung kopi tertawa terbahak-bahak. Wah parah lu ini Pak, masa surat AHY ga dibalas sih? Bapaknya marah bisa nambah urusan...

Tak terima sang ketum diperlakukan demikian, para petinggi dan pengurus partai demokrat malah terus menyerang istana dan orang-orang disekitar presiden Joko Widodo. 

Umpan lambung yang diberikan istana kembali  diolah oleh internal Demokrat untuk mengatur sebuah skema serangan balik. Setidaknya ada dua  upaya yang dilakukan cikeas untuk memberangus istana, yang pertama dengan dengan menyerang Gibran dengan isu bahwa sang anak akan dipersiapkan maju di Pilgub DKI dan yang kedua menggunakan SBY sebagai instrumen serang.  

Salah seorang anggota DPR RI yang berasal dari Partai Demokrat menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal, Irwan mengatakan bahwa istana memiliki tujuan serius terhadap penundaan pembahasan UU Pemilu. Mengutip laman republika.co.id, Irwan mengatakan:

"Mengapa sejak Presiden Jokowi statement menolak kemudian dibarengi partai koalisi pemerintah semuanya balik badan?"

Yah memang benar, sikap istana tegas untuk menolak serta membahas revisi undang-undang pemilu. Sikap yang ditunjukkan oleh presiden pun memiliki imbas yang luar biasa. Partai-partai koalisi yang tadinya ingin membahas UU pemilu malah mengurungkan niatnya.

Alhasil, kesempatan ini dijadikan PD untuk menebar spekulasi kepada Gibran. Memberangkatkan Gibran dari Solo ke Jakarta pada tahun 2022 tentu masih terlalu dini. Setidaknya biarkan Gibran bekerja, dan bila pemilu diundur ke 2024, maka Gibran tentu telah dalam masa-masa ranumnya untuk unjuk diri sebagai calon pemimpin di Jakarta.

Setelah mendengar opini tersebut, banyak politikus yang separtai maupun dari luar partai yang ramai-ramai angkat suara. Yah intinya tokoh-tokoh ini membela Gibran dan Jokowi atas tuduhan yang tak berdasar tersebut. Presiden Jokowi pun sampai detik ini belum memberikan respon terkait opini tersebut.

Karena serangan yang pertama tak membuat presiden angkat biacara atau setidaknya bereaksi-lah, serangan yang kedua pun digencarkan. Tak tanggung-tanggung kali ini "Ayah Besar" dari cikeas harus turun gunung lewati lembah demi kehormatan partainya yang katanya sudah diusik oleh istana.

Melalui akun twiternya, SBY menuliskan bahwa kritikan itu pahit seperti obat dan manis seperti gula. Aduhai romantisnya mantan presiden dua periode ini. Sindiran halus yang dialamtkan ke istana ini merupakan buah dari perkataan Jokowi yang mengajak masyarakat agar lebih aktif mengkritik pemerintah. Secara lengkap beliau menuliskan demikian:

"Obat itu rasanya 'pahit'. Namun bisa mencegah atau menyembuhkan penyakit. Kritik itu laksana obat. Jika obatnya tepat dan dosisnya juga tepat, akan membuat seseorang jadi sehat. Kritiknya benar dan bahasanya tidak kasar, bisa mencegah kesalahan. Pujian dan sanjungan itu laksana gula. Jika berlebihan dan hanya untuk menyenangkan, justru bisa menyebabkan kegagalan".

Presiden SBY sedang mengumpakan Kritik dan Pujian dalam dua metafora sekaligus yaitu obat dan gula. Laksana obat akan pahit dan bak gula atau sanjungan akan manis, bila dalam kondisi yang proporsional dan seimbang. SBY sedang memperingatkan pemerintah dalam dua konteks yaitu kritik itu menyehatkan kala dosis obat atau cara penyampaian kritikan itu dilakukan dengan santun dan halus.

Sedangkan bila pemerintah diberikan gula oleh masyarakat atau siapa saja dalam hal ini pujian maka harus mawas diri. Sebab pujian setinggi langit akan membuat seseorang lupa diri dan akhirnya harus jatuh. Yah tak ada yang salah dari nasehat bijak Pak SBY ini. Namun lagi-lagi beliau hanya memanfaatkan peluang dan kesempatan yang ada.

Lantas apakah dengan kedua serangan yang dilancarkan sudah mau membuat Jokowi angkat bicara?

Nyatanya presiden jokowi tak bersikap reaktif atas riak-riak yang berkembang ini. Ibarat slogan receh anak milenial, Presiden Jokowi mah santuy, kelewat santuy orangnya. Presiden Jokowi memang tak angkat suara namun begini cara Jokowi menjawab sindiran dari kubu Cikeas.

Kemarin melalui akun twiternya, Presiden berangkat dari Jakarta menuju ke Jawa Timur. Perjalanan kepresidenan ini bertujuan untuk meresmikan salah satu bendungan yang berada di Pacitan. Didampingi oleh Ibu Khofifah sebagai Gubernur Jawa Timur serta pejabat setingkat, Presiden Jokowi mendarat mulus di pelataran acara.

"Dengan mengucap Bismillahirrohamanirrohim, Bendungan Tukul di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, saya resmikan pada hari ini," dikutip dari laman kompas.com.

Secara diam-diam dan halus, Presiden Jokowi malah tak menjawab sindiran Cikeas. Bila meminjam slogan kampanyenya Pak Anies, Jokowi menjawab kata-kata dengan karya-karya. Bendungan Tukul yang berada di Pacitan dikenal sebagai  kampung halaman dari Pak SBY. Dan Pak Jokowi kok berani-beraninya masuk kekandang pak SBY sambil meresmikan Bendungan. Ini santuy atau apa pak? Seloww wae lah pak.

Peresmian Bendungan Tukul di Pacitan yang notabene merupakan tempat SBY kecil berasal, mengingatkan saya kepada persitiwa pilpres 2019. Kala itu Partai Gerindra membuat satu pos pemenangan khusus di Solo, kampung halaman Jokowi. Pos Pemenangan ini bertujuan untuk memutus dominasi kandang banteng. Jarak antara pos pemenangan dengan tempat usaha Gibran pun terbilang dekat.

Meskipun digempur dengan serangan yang demikian, toh Jokowi tetap menang di Solo dengan suara mayoritas memilih beliau. Pos Pemenangan Gerindra nampak sia-sia  ingin merusak citra Jokowi disana. Pun demikian dengan kejadian yang dilakukan oleh Jokowi.

Presiden Jokowi nampaknya ingin menunjukan bahwa ia masih presiden dan masih memiliki kuasa. Secara tidak langsung, masyrakat Pacitan akan mengenang Jokowi sebagai pahlawan bendungan. Walaupun tak berasal dari Pacitan, setidaknya Jokowi telah meninggalkan sebuah warisan bagi masyrakat yang berada disekitar bendungan tersebut.

Lalu bagaimana dengan SBY? Apa yang ia telah lakukan untuk kampung halamannya? Warisan apa yang ia telah tinggalkan untuk Pacitan? Oh saya lupa, ternyata pak SBY dikabarkan akan membangun sebuah Museum di Pacitan.

Sindiran yang dijawab prestasi merupakan sebuah jawaban politik yang sangat telak. Istana dan Cikeas tentu telah saling memahami pola politik masing-masing. Bila kali ini Jokowi mampu membalikan serangan dan mencetak gol dikandang lawan, apakah Cikeas akan tinggal diam? Jangan dong, segeralah atur serangan balik yang lebih apik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun