Hal-hal ini tentunya sangat berimbas pada perekonomian, khususnya pada perdagangan kita. Kita ketahui bersama bahwa perdagangan Indonesia surplus terhadap Amerika. Mengutip laman kompas.com, saat ini perdagangan Indonesia surplus di kisaran 30 miliar dollar AS terhadap Amerika Serikat.Â
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) surplus perdagangan Indonesia dengan AS pada Januari 2020 sebesar 1,01 miliar dollar AS, angka ini tumbuh bila dibanding surplus periode sama tahun lalu yakni 804 juta dollar AS.
Produk ekspor yang menjadi andalan Indonesia ke Amerika yaitu produk pakaian, hasil karet, alas kaki, produk elektronik, dan furnitur, ujar Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan, Arlinda (21/11/2019).
Namun bukan itulah yang menjadi masalah utama. Kriteria negara maju maupun negara berkembang atau negara belum berkembamg harus dinilai secara komprehensif.Â
Artinya, kita secara personal maupun mereka sebagai negara liberal, harus tahu seluk-beluk yang sebenarnya apakah Ibu Pertiwi sudah maju secara keseluruhan wilayah atau hanya sepotongnya saja. Hal ini senapas dengan aturan WTO bahwa penentuan sebagai negara maju atau berkembang ditentukan sendiri oleh negara bersangkutan.
Secara independen, negara kita saat ini belum melakukan penelitian atau publikasi ilmiah apakah kita masuk kedalam jajaran negara maju atau berkembang. Jadi secara sah, kita belum berani secara berdaulat untuk mengatakan bahwa Ibu Pertiwi sudah maju atau masih berlari mengejar kemajuan itu.
Anggapan buru-buru ini perlu kita bantah dengan data. Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan yang paham betul seluk beluk APBN berkata bahwa Indonesia, baru akan menjadi negara maju pada tahun 2045.Â
Hal itu bisa diprediksi dengan bonus demografi kita yang mana jumlah penduduk Indonesia mencapai 319 juta jiwa dengan 47 persennya berada di usia produktif. Pada 2045, mayoritas penduduk pun tinggal di perkotaan. Kegiatan ekonomi bergeser ke sektor jasa.
Indonesia harus berani dan cerdas juga merespons hal ini. Misalnya dengan memainkan peran ekspor yang lebih banyak lagi.
Kita tentunya harus berkaca pada sekitar. Misalnya saja baru baru ini gelombang PHK pada beberapa perusahan besar sedang terjadi. Ribuan karyawan terancam tak punya kerja lagi imbas PHK ini.Â