Mohon tunggu...
Sony Hartono
Sony Hartono Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pria Yang Hobi Menulis

Kutulis apa yang membuncah di pikiranku

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Andaikan di Indonesia Tidak Ada Lagi Uang Kertas

22 Oktober 2018   22:10 Diperbarui: 22 Oktober 2018   22:30 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kompas.com

Jika cashless society terwujud, redenominasi rupiah sudah tidak relevan lagi, buang-buang waktu, energi dan tentunya butuh biaya yang besar kalau tujuannya sekedar untuk menampilkan citra semu nilai mata uang kita, cuma gengsi. Kalau tujuan redenominasi adalah untuk memuliakan uang receh, hal itu sudah teratasi dengan transaksi non tunai yang bahkan menghargai sampai nominal 1 Rupiah sehingga tidak terjadi pembulatan ke atas ketika harus menaikkan harga suatu produk barang atau jasa.

Kalaupun alasan redenominasi agar transaksi keuangan lebih efisien karena mengurangi sejumlah nol, saya rasa juga tidak relevan lagi dimana itu sudah teratasi dengan teknologi saat ini yang bisa memproses jumlah digit angka yang luar biasa banyak. Kalau alasannya harga diri negara yang tercermin dalam nilai Rupiah, mengapa Korea Selatan tidak melakukan redenominasi padahal kondisi ekonomi dan politiknya lebih siap daripada Indonesia. Kesimpulannya kita tidak perlu redenominasi, yang kita perlukan akselerasi cashless society.

Yang menjadi PR Pemerintah sekarang adalah menggalakkan penggunaan elektronik sampai ke masyarakat pedesaan bahkan sampai ke pelosok. Perlu dibangun infrastruktur telekomunikasi yang mumpuni sebagai tulang punggung cashless society ini, kan nggak lucu to, mau transaksi eh malah hilang sinyal.

Mungkin perlu sedikit 'paksaan' ataupun insentif. Seperti halnya dulu ketika Pemerintah melakukan program konversi dari minyak tanah ke gas, luar biasa dampaknya. Pemerintah bisa mengurangi subsidi minyak tanah dalam jumlah yang luar biasa besar dalam tempo yang sangat singkat. Masyarakat diberi gratis kompor gas dan tabung 'melon'-nya, jadinya mau tidak mau masyarakat langsung berubah perilakunya.

Seperti halnya pula kebijakan-kebijakan lainnya yang memaksa tapi berimplikasi positif, sebagai contoh adalah pembayaran tol hanya berlaku dengan uang elektronik. Nah, kebijakan-kebijakan yang memaksa tapi yang bertanggung jawab itulah yang kita harapkan dari peran pemerintah dalam mengakselerasi cashless society.

Suatu saat kita hanya bisa melihat dan bernostalgia dengan uang kartal (kertas dan logam) di Museum. Semoga segera menjadi kenyataan.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun