Pecinta sepakbola nasional pasti sudah paham dengan judul artikel yang saya unggah di Kompasiana ini. Sangat miris jika kita mengamati perseteruan yang terjadi di media sosial saat ini, yang melibatkan sesama fans Timnas Indonesia.
Dua kubu ini tidak ada yang mau mengalah, kubu yang satu punya argumen dan pendapat sendiri, sementara kubu lainnya juga mempunyai alasan yang sama. Sehingga, kedua kubu ini saling menjatuhkan satu sama lain di akun media sosial. Entah itu di akun youtube, Instagram, facebook maupun twitter.
Kubu yang pertama biasa disebut Lokal Pride, namun oleh kubu yang berseberangan biasa diplesetkan menjadi "Lokal Pret". Sementara kubu satunya biasa disebut sebagai "Pemuja STY". Entah kapan, perseteruan ini akan berakhir? Yang jelas komentar pedas atau nyinyiran julid dari kedua kubu ini, membuat kuping panas bagi pihak yang berseberangan.
Tak aneh jika peribahasa "Mulutmu Harimaumu" telah bergeser menjadi "Jempolmu Harimaumu", karena dari ketikan-ketikan jempolnya-lah muncul kalimat-kalimat pedas yang saling menjatuhkan satu sama lain.
Lalu, dari mana sebenarnya awal mula munculnya perseteruan yang melibatkan kubu "Lokal Pride" dan "Pemuja STY" bisa terjadi.
Menurut kubu "Pemuja STY", selebrasi berlebihan yang dipertontonkan jajaran tim pelatih Timnas U-16, ketika meraih gelar juara Piala AFF U-16 2022 jadi penyebabnya. Ketika itu, Markus Horison dengan lantang meneriakkan kata "Local Pride", yang disinyalir untuk menyindir kebijakan Coach Shin Tae-yong (STY) soal program naturalisasi.
Saat itu STY memang sedang mengamati pemain keturunan yang bermain di luar negeri, untuk ditawari membela Timnas Indonesia. Akhirnya ada 3 pemain naturalisasi yang bisa di proses untuk berpindah kewarganegaraan menjadi WNI, yaitu Jordi Amat, Sandy Walsh dan Shayne Pattynama.
Dalam perkembangannya muncullah, pengamat Sepakbola Bung Towel, Bung Yuke dan Akmal Marhali, serta ada mantan pelatih Timnas U-19 Fakhri Husaini, yang dianggap oleh "Pemuja STY" sebagai pendukung Lokal Pride.
Posisi STY kian tersudut, ketika Indra Sjafri berhasil mempersembahkan medali emas Sea Games 2023. Dengan bermaterikan skuad pemain lokal dan tim kepelatihan lokal, Indra Sjafri dianggap pahlawan karena berhasil mengakhiri dahaga panjang selama 32 tahun. Ketika itu, bahkan ada tagar #styout dan #indrasjafriin.
Pada tahun yang sama, yaitu tahun 2023 diajang Piala AFF U-23, STY gagal mempersembahkan Piala AFF U-23. Setelah kalah secara dramatis di laga final melawan Vietnam lewat adu penalti dengan skor 5-6. Suka tidak suka, banjir kritikan dari "Lokal Pride" ditujukan kepada Coach STY.
Beruntung STY mampu menebusnya, dengan meloloskan Timnas U-23 ke Piala Asia U-23 2024, setelah mengalahkan China Taipei dan Turkmenistan dalam babak kualifikasi.
Namun, kritikan dan nyinyiran kembali muncul, ketika tim asuhan Coach STY dipermalukan Irak dengan skor telak 5-1 dalam ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Serta hanya bermain imbang dengan skor 1-1 saat berjumpa dengan tuan rumah Filipina. Dalam dua laga tersebut, skuad Coach STY dianggap tampil amburadul dan diprediksi akan gagal lolos ke babak selanjutnya.
Kemudian jelang dimulainya Piala Asia 2023, STY ketambahan pemain keturunan, yaitu Justin Hubner. Justin Hubner dianggap sebagai kepingan puzzle bagi lini pertahanan Timnas Indonesia. "Pemuja STY" menganggap Justin Hubner sebagai rekrutan terbaik dalam proses naturalisasi pemain keturunan.
Sehingga total ada 7 pemain keturunan, yaitu Justin Hubner, Jordi Amat, Elkan Baggott, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Ivar Jenner dan Rafael Struick. Serta ada 1 pemain naturalisasi, yaitu Marc Klok. Kedelapan pemain ini ikut serta dalam TC di Turki untuk persiapan menuju Piala Asia 2023 Qatar.
Dalam proses pemanggilan 30 pemain Timnas Indonesia untuk mengikuti TC di Turki, sempat menimbulkan kegaduhan. Dimana Stefano Lilipaly dan Nadeo Argawinata yang sedang onfire bersama klubnya Borneo FC tidak dipanggil oleh Coach STY. Padahal kedua pemain ini punya andil besar mengantarkan Borneo FC memimpin klasemen sementara BRI Liga 1.
Nyinyiran ditujukan kepada STY dan mempertanyakan soal kepantasan pemanggilan Egy Maulana Vikri, Hokky Caraka dan Dendy Sulistyawan ke skuad Timnas Indonesia, alih-alih memanggil Stefano Lilipaly dan Nadeo Argawinata.
Belum lagi, soal dua pemain yang urung gabung karena cedera, yaitu Rachmat Irianto dan Yance Sayuri. Coach STY memutuskan untuk tidak mencari pemain pengganti, sehingga skuad Coach STY berangkat menuju TC di Turki beranggotakan 28 pemain.
Apes bagi STY, badai hujatan ternyata belum usai. Gelaran laga uji coba melawan Libya, dalam dua leg ternyata menjadi mimpi buruk bagi skuad pertahanan Timnas Indonesia.
Pada leg pertama melawan Libya, Skuad Garuda menelan kekalahan telak dengan skor 0-4. Parahnya 4 gol yang bersarang ke gawang Timnas Indonesia berkat andil dari pemain bertahan. Blunder yang dilakukan oleh Wahyu Prasetyo, Justin Hubner (dua kali) dan Jordi Amat, jadi santapan empuk netizen di media sosial.
Rekan setim Stefano Lilipaly dan Nadeo Argawinata di Borneo FC, yaitu Diego Michiels ikut menyindir skuad Coach STY lewat akun Instagramnya. Diego Michiels menyindir Timnas Indonesia yang kebobolan 4 gol, bahkan ia menantang Timnas Indonesia untuk melakukan uji coba melawan Borneo FC.
Di sisi lain, Justin Hubner ikut merasa bersalah, ia meminta maaf di akun media sosial Instagram miliknya. Justin Hubner yang dianggap sebagai kepingan puzzle dan merupakan pemain hasil didikan akademi klub Liga Inggris, ternyata terlihat seperti pemain Liga 1.
Pada laga kedua melawan Libya, Timnas Indonesia kembali menelan kekalahan dengan skor tipis 1-2, giliran Rizky Ridho yang melakukan blunder fatal yang berakibat lahirnya gol kemenangan untuk Libya yang dicetak oleh Ahmed Ekrawa.
Panen blunder dan panen hujatan, mudah-mudahan tidak terjadi di ajang resmi Piala Asia 2023 Qatar, karena jika hal ini terjadi di ajang resmi hasil akhirnya bisa fatal.
Yuk, untuk kedua kubu yang sering berseteru di media sosial, baik itu kubu "Lokal Pride" dan kubu "Pemuja STY" kita sudahi perseteruan ini. Buat apa sih saling hujat dan saling nyinyir di medsos, yang akhirnya malah menjatuhkan pemian, pelatih dan Timnas Indonesia itu sendiri.
Saat ini, Timnas Indonesia butuh dukungan kita semua, perjuangan skuad garuda sangat berat di Piala Asia 2023, karena Timnas Indonesia tergabung dalam grup neraka. Sudah ada musuh berat menanti di laga pertama, yaitu Irak. Kemudian di laga kedua, sudah ada musuh bebuyutan dari ASEAN, yaitu Vietnam. Dan yang terakhir, musuhnya bukan kaleng-kaleng ada "Monster Asia", yaitu Jepang.
Support dan doakan yang terbaik untuk Timnas Indonesia. Hilangkan perseteruan saatnya kita bersatu, sayangkan jika beli paket data hanya untuk "nyinyirin skuad garuda".
Tiket 16 besar Piala Asia 2023 bisa kita raih, asalkan Pecinta Sepakbola di seluruh penjuru tanah air, harus dukung 100 persen Timnas Indonesia tanpa embel-embel lainnya.
Catatan yang perlu diingat, Coach STY telah berjasa selama melatih Timnas Indonesia, selama dua tahun efektif melatih Timnas Indonesia (dua tahun sebelumnya ada pandemi Covid-19), ia berani memotong dua generasi dengan memberikan kesempatan kepada pemain muda untuk tampil di level Timnas Senior.
Mengantarkan 3 timnas berbeda lolos ke Piala Asia lewat jalur Kualifikasi, yaitu Timnas U-19, Timnas U-23 dan Timnas Senior, menaikkan peringkat FIFA Timnas Indonesia dari sebelumnya terdampar di peringkat ke-175 dan saat ini berada di peringkat ke-146, meningkatkan level stamina permainan Timnas Indonesia bisa bermain selama 90 menit yang biasanya bertahan hingga menit ke-60 sampai 70.
Sudahi perseteruan, saatnya full senyum dukung Timnas Indonesia di Piala Asia 2023 Qatar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H