Apa Kabar Kompasiana?
Semoga di hari pertama tahun 2022, seluruh Kompasiana selalu diberikan kesehatan dan tambah sukses. Terus bagaimana keseruan acara semalem, adakah yang bakar-bakar Ikan, jagung atau malahan gak ada acara karena ingin bersantai di rumah. Apapun itu yang penting kita semua selalu bahagia.
Ketemu lagi dengan "Bung Arson" di tulisan ke-239, tema yang akan saya kupas di sini masih seputar Timnas Indonesia yang akan menjalani laga berat di Final Piala AFF 2020 leg kedua.Â
Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa di final leg pertama secara mengejutkan Skuad Garuda bertekuk lutut dihadapan Skuad Gajah Perang, dengan skor telak 0-4.
"Bung Arson" menakutkan dua hal akibat kekalahan telak ini. Yang pertama, mental tim asuhan Coach Shin Tae-yong akan kena (jatuh/down) dan kemudian yang kedua, pecinta sepak bola tanah air merasa acuh dan tidak ingin menyaksikan laga final leg kedua.Â
Jika jumlah pendukung Skuad Garuda di final leg kedua menurun, sudah pasti doa-doa dari fans Timnas Indonesia untuk menembus langit juga akan berkurang.
Wahai, pendukung Timnas Indonesia yang budiman, apapun hasil di final leg pertama, performa Skuad Garuda sangat hebat. Ingat, skuad ini masih muda dan baru dibentuk oleh Coach STY. Jadi tak ada alasan bagi pecinta sepak bola tanah air, untuk tidak memberikan dukungan di final leg kedua. Saat ini, yang dibutuhkan oleh Skuad muda Garuda adalah dukungan moril dan doa dari kita semua, bukan malah kita tinggalkan.
Nah, di sini "Bung Arson" akan memberikan sedikit masukan atau analisis untuk skuad asuhan Coach STY. Ketika sebuah tim sudah tertinggal agregat empat gol, pertama yang harus dilakukan oleh tim pelatih adalah membenahi mental dan fisik pemain, karena di aspek ini secara psikologis mental dan fisik pemain sedang hancur.
Jika, mental dan fisik telah membaik, kemudian tim pelatih menginstruksikan pemain untuk tampil di final Piala AFF 2020 leg kedua dengan penuh kegembiraan dan tampil lepas tanpa beban. Agar potensi kemampuan asli Skuad Garuda bisa keluar, seperti saat melawan Malaysia.
Faktor pengalaman tak bisa bohong, hanya seorang Fachrudin Aryanto yang memiliki jam terbang tampil di partai final Piala AFF 2016. Tak salah, jika skuad muda Garuda di final leg pertama tampil di bawah tekanan, karena mereka belum terbiasa merasakan kejamnya atmosfer laga final.
Dengan sekali merasakan atmosfer final di leg pertama kemarin, "Bung Arson" sangat yakin di final Piala AFF 2020 leg kedua penampilan Timnas Indonesia akan membaik. Selanjutnya, jadi tugas Coach STY untuk meracik taktik dan strategi jitu, agar tidak salah seperti di final leg pertama.
Saat ini, Skuad Garuda butuh gol dan kemenangan serta butuh keseimbangan saat menyerang dan bertahan. Sehingga, formasi yang tepat dan masuk akal untuk Timnas Indonesia saat melawan Thailand di final leg kedua, yaitu formasi 4-4-2. Coach STY, harus berani menggunakan formasi ini.
Di pos penjaga gawang tetap dipercayakan kepada Nadeo Argawinata. Kemudian untuk empat pemain belakang, posisi bek kanan ditempati Asnawi Mangkualam.Â
Kembalinya Pratama Arhan dari akumulasi kartu kuning, menjadi angin segar bagi pertahanan Timnas Indonesia, Pratama Arhan bisa menempati posisi bek kiri.Â
Untuk bek tengah Fachrudin Aryanto, bisa berduet dengan Rizky Ridho atau Alfeandra Dewangga.Â
Sementara Elkan Baggott, seperti biasa harus memulai laga dari bangku cadangan karena ia tidak mempunyai kecepatan, sebaiknya Elkan dimasukkan di babak kedua selepas menit ke-75, ketika tenaga pemain Thailand telah terkuras.
Di lini tengah, Ricky Kambuaya dan Rachmat Irianto tetap dipercaya sebagai filter pertama penangkal serangan Thailand.Â
Khusus Ricky Kambuaya, ia juga bisa berperan sebagai motor serangan Skuad Garuda, karena visi permainan dan umpan-umpannya sangat cantik.Â
Witan Sulaeman menempati posisi gelandang kanan dan Ramai Rumakiek sebagai gelandang kiri. Untuk sementara Irfan Jaya memulai laga dari bangku cadangan.
Di pos penyerang, kita memutuhkan tenaga dua striker untuk membuka ruang pertahanan Thailand.Â
Egy Maulana Vikri dan Hanis Saghara atau Ezra Walian, bisa berduet di lini serang Timnas Indonesia. Egy dan rekan duetnya entah Hanis Saghara atau Ezra Walian, harus mampu membuka ruang dan menciptakan peluang untuk gol-gol Inodnesia.
Dengan memakai formasi 4-4-2, keseimbangan dalam menyerang dan bertahan akan sama kuatnya. Hanya saja formasi ini, menuntut seluruh pemain untuk saling membantu dan menutup ruang saat bertahan.Â
Sedangkan saat menyerang, kedua bek sayap yaitu Pratama Arhan dan Asnawi Mangkualam harus ikut maju ke depan untuk memberikan tekanan ke lini pertahanan Thailand.
Yang perlu diantisipasi dari tim asuhan pelatih Thailand, Alexandre Polking adalah penguasaan bola dan kecepatan saat melancarkan serangan balik.Â
Sebisa mungkin, pemain depan dan pemain tengah melakukan pressing kepada pemain Thailand yang memegang bola, sebelum memasuki lini pertahanan Indonesia.
Kemudian untuk serangan balik Thailand, Skuad Garuda harus lebih cerdas dan cermat dalam memberikan umpan. Empat gol Thailand yang bersarang ke gawang Nadeo Argawinata, semuanya berawal dari kesalahan pemain Timnas Indonesia yang salah mengumpan atau salah dalam mengontrol bola.
Kesalahan ini, langsung dihukum dengan serangan balik cepat yang dilancarkan oleh Skuad Gajah perang dan menghasilkan gol-gol Thailand, melalui Chanathip Songkrasin yang mencetak brace, Supachok Sarachat, dan Bordin Phala.
Sementara untuk pemain Thailand yang perlu mendapatkan perhatian ekstra adalah Chanathip Songkrasin dan Supachok Sarachat. Karena kedua pemain ini, merupakan otak serangan Thailand dan memiliki kecepatan, serta visi permainannya sangat bagus.
Penting buat memotivasi pemain Timnas Indonesia, pemain inti yang ditampilkan Coach STY harus mampu mencetak gol ke gawang Thailand di sepuluh menit pertama.Â
Hal ini akan membangkitkan semangat dan gairah bermain Skuad Garuda. Sehingga Asnawi Mangkualam dkk, sebisa mungkin harus mencetak gol di sepuluh menit pertama. Jika mampu menciptakan gol, "Bung Arson" sangat yakin, laga akan menjadi mudah buat tim asuhan Coach STY.
Apabila strategi di babak pertama tak berjalan lancar, Coach STY bisa memasukkan pemain-pemain kunci seperti Irfan Jaya atau Evan Dimas. Karena ini merupakan pertandingan terakhir, skuad garuda harus tampil dengan fighting spirit tinggi. Keluarkan seluruh kemampuan dan pantang menyerah, itu sebagai kunci untuk merobohkan Gajah Perang.
Asa dan kesempatan Timnas Indonesia untuk meraih titel juara memang sangat tipis. Tetapi jika pemain yakin dan mau bekerja keras, hasil akhirnya tidak mungkin tertukar. Apapun hasil di final leg kedua, jangan sampai tim asuhan Coach STY kembali menelan kekalahan.
Salam Juara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H