Pembaca Kompasiana jangan punya pikiran yang aneh terlebih dahulu ya, terkait tulisan yang saya bagikan kali ini. Jangan terkecoh dengan pilihan judul yang agak samar, karena kalau pembaca terkecoh, pikirannya bisa kemana-mana.
Yuk, kita mulai dengan tulisan yang akan saya bagikan ini, kisahnya nyata dan bukan karangan penulis. Cerita ini terjadi ketika saya duduk dibangku sekolah SD, saat kelas 3 sampai dengan kelas 5.
Ikuti alurnya dengan baik ya, agar tidak terkecoh dengan judulnya. Jadi, ceritanya seperti ini.
Awalnya pak Rejo, hanya memiliki satu ekor burung Jalak, pemberian dari saudaranya. Pak Rejo merawat dengan baik, satu-satunya burung Jalak peliharaan miliknya. Perlahan burung Jalak tersebut mulai berkicau. Kicauannya, sangat merdu dan mulai bisa berkicau dengan menyebut satu-dua kata.
Pak Rejo merasa sangat senang dengan burung peliharaannya, ia menganggap telah  sukses dapat memelihara burung dengan baik. Dalam Bahasa Jawa, orang yang dianggap sukses dalam mengelola sesuatu dengan baik, mempunyai sebutan "waris".
Karena merasa "waris" dalam memelihara burung Jalak. Akhirnya, Pak Rejo mulai berani menambah burungnya, dari satu menjadi tujuh burung. Enam burung tambahannya tersebut adalah dua burung Poksay, dua burung Kacer dan dua burung Wambi.
Selain mengurus burung, sehari-harinya Pak Rejo bekerja sebagai blantik Sapi di Pasar Sapi setiap pasaran Pon dan Legi. Ketika tidak pergi ke pasar sapi, Pak Rejo menyibukkan diri untuk memberi makan burung, memandikan burung, menjemur burung dan membersihkan kandang burungnya.
Selang berjalannya waktu, sekitar satu tahun kemudian. Pak Rejo mulai menekuni hobinya ini dengan serius. Pak Rejo mulai melakukan transaksi jual-beli dengan sesama peternak burung, baik dirumah maupun di pasar burung.
Tak terasa jumlah burung Pak Rejo, sudah mencapai 24 ekor, dengan rincian sebagai berikut: 3 burung Jalak, 4 burung Poksay, 4 burung Wambi, 4 burung Murai Batu, 3 burung Cucak Rowo, 2 Anis Merah dan 4 burung Kacer.
Dalam memberi pakan burung, Pak Rejo memberi pakan Kroto, Jangkrik, Voer dan telur semut rangrang. Selain membeli pakan ternak di toko penjual pakan burung, Pak Rejo juga mencari sendiri pakan burung telur rangrang dengan keliling mencari pohon yang ada sarang semut rangrang, seperti: pohon mangga, jambu air, rambutan, jati, dan kopi.