Penggunaan Video Assistant Referee (VAR) di Liga Inggris musim ini, awalnya menuai pro dan kontra dari para penikmat Liga Inggris. Hal ini karena dapat mengurangi kenikmatan dalam melihat aksi bintang liga Inggris di lapangan.Â
Ketika ada momen gol, selebrasi pemain dan penonton bisa terganggu karena wasit harus mengecek VAR untuk memastikan jika ada offside atau handball dan momen penalti. Tetapi ada juga pihak yang mendukung, karena dengan adanya VAR, hasil pertandingan berjalan lebih adil.
Setelah mulai diterapkannya pemakaian VAR di liga Inggris, dalam evaluasi empat pekan pertama pertandingan Liga Inggris yang sudah digelar, ada beberapa kesalahan yang dilakukan dalam penggunaan teknologi VAR tersebut.
Hal ini sempat disampaikan oleh ketua Wasit PGMOL Mike Riley yang menjelaskan hal itu. Ia menerangkan, bahwa VAR sempat melakukan empat kesalahan dalam mengambil keputusan di lapangan.Â
Riley menjelaskan, ada empat kesalahan diantaranya terkait dua penalti yang tidak diberikan kepada West Ham United dan Manchester City, gol Newcastle United juga dianulir karena handball, dan pemain Leicester City Youri Tielemans yang tidak mendapatkan kartu merah walaupun melakukan pelanggaran keras.
Berjalannya waktu terkait penggunaan VAR, banyak kontroversi terkait penggunaan VAR di Liga Inggris. Pada akhir pekan ke-20 pembahasan tentang VAR semakin ramai diperdebatkan, karena ada pembatalan lima gol, bahkan ada gol yang dianulir karena alasan yang menggelitik, akibat ketiak atau 'ketek' pemain yang berada pada posisi offside.
Kejadian pertama pada Dan Burn. Gol yang dia dicetak dianulir oleh wasit karena dalam proses terciptanya gol ada pemain Brighton & Hove Albion yang satu lengannya terjebak perangkap offside. Di Akhir laga Brighton masih bisa tersenyum lebar, karena menang 2-0 atas Bournemouth.
Kejadian yang kedua, Wilfried Zaha tertangkap kamera VAR offside pada bagian ketiaknya dalam proses terciptanya gol Max Meyer, yang tentu saja akhirnya dibatalkan wasit. Crystal Palace akhirnya harus tersenyum kecut, karena hanya puas bermain imbang 1-1 melawan Southampton.
Kasus ketiga offside pada ketiak menimpa Teemu Pukki. Keteknya terlihat dalam pengecekan VAR berada di belakang pemain terakhir Tottenham Hotspur, saat mencetak gol yang bisa membuat Norwich City unggul 2-0 atas Tottenham Hotspur.Laga itu akhirnya berakhir imbang 2-2.
"Saya tak mau protes terlalu banyak soal ini. Yang saya pahami, VAR harusnya membuat pertandingan menjadi lebih fair," keluh pelatih Norwich Daniel Farke.
"Mungkin mereka menemukan bagian dari bahu (Pukki) yang tidak offside. Menurut saya, VAR tidak menjadikan pertandingan lebih fair dalam situasi ini. Striker harusnya diberi keuntungan. Unggul 2-0 saat jeda bisa mengubah pertandingan. Itu situasi yang krusial," lanjutnya dikutip dari BBC.
"Terjadi lagi. Omong kosong lainnya dari VAR. Gol Pukki dianulir padahal sejajar. Jika Anda harus menggambar garis dan titik itu masih belum menjelaskan apapun, jadi tolong hentikan merusak para ofisial yang ada di lapangan. Absurd," seru Gary Lineker.
Kemudian pada kejadian keempat, saat VAR dinilai membantu Liverpool mengalahkan Wolves dalam kemenangan tipis 1-0. Hasil pengecekan melalui video ulang VAR menyatakan gol Sadio Mane sah, meski Adam Lallana sempat terindikasi offside atau handball. Kemudian dalam gol balasan Wolves yang dicetak ke gawang Liverpool, VAR membatalkan gol balasan Wolves dengan alasan pemain Wolves, Jonny berada dalam posisi offside, sebelum melepas umpan ke Pedro Neto.
Liverpool yang dianggap diuntungkan dengan dua keputusan VAR saat mengalahkan Wolves. Namun bukan berarti pelatih Liverpool suka dengan teknologi VAR, Jurgen Klopp tidak suka dengan teknologi video tersebut.
Klopp mengungkapkan, "Kita sekarang berada di Desember dan menuju Januari. Pemain berdiri selama ini (saat menanti keputusan VAR) bukan sesuatu yang bagus. Saya lebih memilih jika wasit menuju layar (VAR)," ucap Klopp usai pertandingan.
Dalam penerapan VAR selama ini, Wasit-wasit Liga Inggris mendengar masukan dari VAR, diterima wasit via alat komunikasi yang terpasang di telinganya. Padahal akan lebih baik jika ada layar di pinggir lapangan seperti saat Piala Dunia 2018, kemudian wasit menuju pinggir lapangan untuk melihat langsung tayangan ulang sebuah peristiwa dan baru mengambil keputusan sendiri.
Terkait keuntungan yang didapatkan Liverpool berkaitan dengan VAR, Klopp juga menjelaskan jika Liverpool pernah dirugikan dalam laga melawan Aston Villa, Liverpool dirugikan karena gol pertama yang tercipta ke gawang Aston Villa terindikasi offside.
Pada kesempatan lain, gol Roberto Firmino juga dianulir wasit setelah ketiak striker asal Brasil itu offside. Walaupun di momen lain Liverpool diuntungkan, Klopp menambahkan bahwa adanya VAR bukan keinginan mereka.
Kejadian terakhir atau kelima, saat Manchester City yang diuntungkan terkait penggunaan VAR saat mengalahkan Sheffield United. Sheffield bahkan sempat mencetak gol di menit ke-29 melalui Lys Mousset, namun dibatalkan VAR karena offside.
Walaupun merasa diuntungkan, Pep Guardiola, juga mengkritik penggunaan alat tersebut. Dia menyatakan VAR mengacaukan pertandingan tiap akhir pekan, "Saya bilang berulang kali saya mempunyai daftar panjang untuk VAR. Setiap pekan ada saja kekacauan," kata Pep seperti dikutip Guardian.
Kritikan terkait VAR di Liga Inggris juga datang dari sekjen International Football Association Board (IFAB) Lukas Brud. Ada anggapan Premier League tidak menggunakannya secara tepat. Bagaimana VAR membuat keputusan yang dianggap merugikan.
Dan yang menjadi sorotan adalah soal penggunaan VAR untuk pengecekan offside yang terlalu rumit.Â
Belakangan, VAR di Liga Inggris kerap menganulir gol karena membuktikan offside yang sangat tipis. Bahkan sampai muncul istilah 'offside sebatas ketiak pemain'. Seharusnya VAR tidak digunakan untuk mencari sesuatu yang memang sulit diteliti. Ia menegaskan, prinsip kejelasan pandangan mata harus diutamakan dalam penggunaan teknologi tersebut.
"Jelas dan mudah terlihat itu harus ada, ini prinsip penting. Seharusnya tidak ada banyak waktu yang dihabiskan untuk menemukan sesuatu yang tipis," kata sekjen IFAB Lukas Brud kepada AP.
"Jika ada sesuatu yang tidak jelas pada pandangan pertama, maka ya itu tidak jelas dan tidak boleh dipertimbangkan. Melihat pada satu angle kamera adalah satu hal, tetapi melihat pada 15, mencoba menemukan sesuatu yang mungkin tidak ada, ini bukan ide prinsip VAR. Itu harus jelas dan mudah terlihat," ujarnya.
Agar musim depan, liga Inggris tetap berjalan dengan menarik, penerapan teknologi VAR perlu dikaji dan dievaluasi. Sehingga pemain, pelatih, penonton dan pihak sponsor tetap melirik liga Inggris sebagai liga terbaik dunia.Â
Mungkin akan lebih pas, jika penerapan VAR dibuat seperti pada Piala Dunia 2018. Di mana wasit mempunyai keputusan mutlak dalam mengambil keputusan terkait VAR, sehingga perlu adanya layar monitor di pinggir lapangan. Hal ini memberikan kemudahan kepada wasit, untuk mengecek kejadian yang kontroversial terkait gol, offside, penalti, kartu merah dan hal kontroversial lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H