Sebab, katanya, meskipun tiga di antara pelaku masih berusia anak, tapi perbuatan mereka mengakibatkan putri kesayangannya meninggal.
"Sebagai orangtua AA, jika anak itu [tiga orang pelaku] direhabilitasi saja, enak bener. Karena ini menyangkut nyawa, masak harus dibebaskan tanpa syarat? Mereka memang di bawah umur, tapi pikirannya sudah dewasa," ucapnya kepada wartawan Nefri Inge di Palembang yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Baginya perbuatan para pelaku sudah tidak manusiawi.
Apalagi, sambungnya, orang tua pelaku hingga sekarang tidak ada itikad baik untuk bertanggung jawab atau meminta maaf kepada keluarganya.
Jika orang tua pelaku menyambanginya dan meminta maaf, Safarudin kemungkinan akan menerima dengan tangan terbuka serta memberi maaf kepada pembunuh anaknya.
"Seandainya orangtua pelaku, terutama otak pelaku itu [IS] meminta maaf, saya masih pertimbangkan menerima para pelaku [direhabilitasi]."
"Saya maafkan, ada cara kekeluargaan, karena Tuhan saja Maha pengampun ke umat-Nya. Kita siap menerima siapa pun. Kalau orang tuanya takut, bisa minta dampingi RT, camat atau lainnya. Tapi kalau begini, apa maksud orang tua pelaku. Apalagi mau direhab, saya benar-benar tidak terima."
Pria paruh baya ini berkata masih sangat terpukul dengan kematian sang anak.
Kendati demikian, ia akan mengikuti proses hukum yang berjalan.
"Saya ikuti hukum, karena saya ini orang bodoh, tidak tahu bagaimana hukum itu. Saya minta tolong benar ke kepolisian, bagaimana jalan keluarnya ini. Kami meminta hukuman yang adil saja."
Korban AA, kenang Safarudin sebagai anak yang baik dan sopan.