Perut mulai terasa kenyang, tetapi perburuan kuliner belum kelar. Di sebelahnya ada penjual lumpia Bogor. Saya pun kepo apa bedanya lumpia bogor dengan lumpia Semarang. Bapak pedagang yang ramah menjelaskan kalau lumpia Semarang menggunakan potongan rebung, sedangkan di Bogor rebungnya diganti dengan bengkuang yang dipotong-potong kotak-kotak kecil. Bengkuang yang rasanya krenyes-krenyes dimasak bersama dengan toge dan bumbu lainnya. Kemudian isian  tersebut ditaruh di atas kulit lumpia yang besar, lalu segera dibungkus dan siap dimakan, tanpa perlu digoreng lagi.
Lalu dalam perjalanan pulang menuju Stasiun Bogor, saya pun berandai-andai, “seandainya saja tempat-tempat kulineran seperti Suryakencana juga bisa menerima uang elektronik Flazz. Wah nga ada cerita seperti tadi saya harus menunggu lama untuk uang kembalian, sementara si abang penjual makanan berlari-lari ke sana ke mari memecah uang menjadi satuan yang lebih kecil. Saya juga harus berepot-repot merogoh kantong dalam-dalam karena saya kurang membayar uang 500 perak.
Saya pun mulai merogoh dompet saya. Yap.... saatnya kembali menggunakan Flazz  Danamon untuk perjalanan pulang ke Jakarta. Sekali tap dan go saya langsung menuju peron kereta. Terima kasih Danamon untuk Flazz merahnya yang elegan, Jaringan Prima, Keuken Koffie, serta Kompasiana. Semoga bisa bertemu di gerebek lain yang diadakan oleh KPK. Terima  kasih semuanya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H