Mohon tunggu...
Darmaila Wati
Darmaila Wati Mohon Tunggu... Administrasi - Freelancer

Hanya setitik upil pada luasnya jagad raya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Benarkah Ahok Ibarat Socrates?

11 Mei 2017   11:10 Diperbarui: 11 Mei 2017   12:01 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Benarkah kisah Ahok yang dipenjara karena tuduhan menista agama sehingga mendorong beberapa kelompok umat Islam di Indonesia menggelar takbir akbar untuk seruan penjarakan Ahok, ibarat kisah pengadilan Socrates yang memilih takdir mati dengan prinsip kebenaran? 

 

Banyak para pengikut Ahok menyandingkan kasus penistaan agama yang dihadapi Ahok seperti yang juga dituduhkan terhadap Socrates. Bahkan dari berita online yang saya baca kademisi Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia (PSIK Indonesia), Arif Susanto berpendapat nasib terpidana kasus penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mirip Filsuf, Socrates.

 

Ghirah massa sebagian umat Islam yang dibangkitkan lewat beberapa kalangan ulama telah menghadirjan demonstrasi  massa besar yang dikenal berjilid-jilid. Bahkan massa tidak berhenti di dunia nyata namun juga massive di dunia maya. Sehingga adu opini berseliweran antara pembenci Ahok dan pemujanya. 

 

Bagi pendukung Ahok,  ia adalah orang yang berani menghalau maling APBD,  melawan mafia korporasi, dan penjahat berdasi. Mereka memaklumi mulut Ahok yang kasar dengan pekerja yang tidak becus,  dan sangat membanggakan kinerjanya selama menjabat gubernur DKI Jakarta.

 

Namun bagi sebahagian umat Islam yang disulut semangat membela agamanya,  menginginkan Ahok dipenjara karena duanggap telah menista agama. Teriakan takbir mereka kumandangkan atas nama perjuangan melawan sang penista. Hingga Ahok sah secara hukum menjadi terpidana hari ini. 

 

Sejarah memang berulang pada zaman yang berbeda. Namun saya kurang sependapat bila kisah pilu kematian Socrates seperti perjuangan Ahok di peradilan. Ia memang benar,  keduanya dianggap menista agama. Namun Socrates lebih kepada membidani lahirnya kebenaran lewat berdialog dengan warga Athena di ruang terbuka,  Agora atau pasar. Sedangkan Ahok lebih kepada tergelincir lidahnya menyebut Al-Maidah pada pertemuan dengan masyarakat Kepulauan Seribu. Pada Socrates memang perbuatan yang diniatkan, sedangkan pada Ahok tidak sama sekali melainkan atas unsur ketidaksadarannya. Sehingga banyak kita baca kisah mengenai hukuman terhadap Socrates, meski ia tidak bersalah namun bisa dihadapinya. Apakah Ahok bisa menghadapi hukumannya meski ia merasa telah dikorbankan atas nama agama demi Pilkada? Entahlah..yang jelas,  Ahok sepertinya tidak menyerah pada putusan pengadilan kemarin. Masih ada rencana banding ke Mahkkamah Agung (MA). 

 

Untuk lebih cermat membandingkan kasus hukum Socrates dan Ahok, sekelumit kisah Socrates berikut:

 

Socrates menghadapi gelar perkaranya saat bunga-bunga bermekaran pada 399 SM,  penduduk Athena mengugugat Socrates atas penistaan terhadap agama. 

 

Socrates menghadapi gugatan dengan ketenangan yang dalam. Meski ia berkesempatan menanggalkan filsafatnya di depan pengadilan, namun ia lebih memilih teguh terhadap kebenaran yang diyakininya ketimbang memilih sikap yang mungkin lebih populer dan aman buat dirinya. 

 

Plato meriwayatkan bagaimana sang Filosof malah memberi pemahaman kepada para juri di persidangan : "Sepanjang masih bisa bernafas dan berpikir,  diriku tidak akan berhenti mengamalkan filsafat,  menjelaskannya padamu dan bagi setiap orang yang kutemui.  Jadi,  entah membebaskanku atau tidak,  kalian pasti tahu sikapku tidak akan berubah. Bahkan,  tidak juga seandainya aku harus mengalami seribu kematian".

 

Socrates mungkin sudah menduga resiko terbesar yang harus dituainya. Tepat saat ia berusia 70 tahun, tiga warga Athena diantaranya Meletus seorang penyair,  Anytus seorang politikus dan Lycon seorang Orator menyebut Socrates sebagai orang aneh dan jahat. Mereka melayangkan gugatan terhadap Socrates dengan tuduhan mengingkari dewa-dewa penguasa kota, mendorong kaum muda menentang tradisi kaum tua dan mengoyak ikatan sosial masyarakat Athena. 

 

Di dalam ruang pengadilan Heliasts yang terletak di sisi selatan Agora kota Athena, sebuah ruangan besar dilengkapi dengan tempat duduk dari kayu bagi para juri yang berjumlah lima ratus orang saat itu, mendengarkan pembelaan Socrates terhadap dirinya. Ia menyangkal jika telah berbuat bid'ah dan tidak menentang kegiatan-kegiatan kwagamaan. Ia bahkan menolak berteori tentang surga dan menbedah isi perut bumi. Ia sama sekali tidak bermaksud meracuni pemikiran kaum muda Athena yang memiliki daddy kaya raya. Mereka hanyalah pemuda yang jiwanya kosong dan rindu menggali kebenaran. Namun dengan kerendahan hati,  Socrates memungkinkan bilapun ada orang yang rusak karenanya, itu sama sekali bukan hal yang diharapkannya apalagi tujuannya. Ia bahkan tidak ingin pengikutnya diterpa pengaruh buruk. Bila pun telah berbuat hal buruk,  Socrates minta membenahinya.

 

Socrates mengakui memang dirinya aneh. "Aku menghindari hal-hal yang digemari banyak orang seperti,  mencari uang, mengatur kehidupan dalam rumahtannga,  mencari pangkat,  jedudukan sipil atau pangkat lain dan tidak pula tertarik ikut perkumpulan atau partai politik. "

 

Socrates meyakinkan majlis pengadilan bahwa usaha filosofisnya semata suara hati untuk meningkatkan mutu kehidupan Athena.  "Aku hanya ingin meyakinkan warga agar tidak hanya memikirkan keuntungan praktis dengan mengabaikan kebaikan mental dan moral. "

 

Komitmen Socrates sangat teguh mengembangkan filsafat untuk kebaikan. Bahkan ia tidak bergeming ketika harus dibarter dengan nyawanya. 

 

Para juri tetap pada tekat mengambil keputusan. Meski Socrates kembali mengingatkan.."Wahai kawan baikku, engkau merupakan warga Athena,  penduduk kota termegah dan mahsyur di dunia tentang kebijaksanaan dan kekuatannya. Bagaimana kau tidak malu, terlalu banyak mencurahkan duri hanya demi uang,  prestise dan jabatan. Tanpa memperdulikan kebenaran, pemahaman dan penyempurnaan jiwa...."

 

Socrates sebetulnya sudah memahami kondisi saat itu. Dia adalah laki-laki tua yang keluyuran di jalan-jalan Athena,  lusuh, kumal dan tak bersandal yang tepat dijadikan kambing hitam atas kesialan yang menimpa Athena karena Hellas yang berdiri megah selama 75 tahun ditaklukkan Persia. 

 

Socrates bahkan menerima kekalahan sebelum kasus dibuka. Ia memang tidak punya banyak kesempatan menjelaskan kesalahpahaman antara ide dimilikinya yang berbenturan dengan cara pandang warga Athena umumnya. Dibituhkan dialog bertahun-tahun dengan warga Athena untuk bisa menerina pandangan orang lain yang berbeda. 

 

Detik-detik akhir persidangan di Pengadilan Heliasts menorehkan sejarah ironis. Para juri berkeyakinan Socrates bertanggungjawab atas bencana yang terjadi di kota suci mereka. Diantaranya aliansi Spartan dan Persia berhasil menaklukkan sebagian kota mereka. Wabah pentakit menyerang warga miskin, demokrasi dirusak oleh kediktatoran yang berujung pada pembunuhan penduduk. 

 

Aristophanes menambah keyakinan para juri melalui hasil rekaannya lewat gambar tentang diri Socrates. Setelah para juri berunding sejenak,  keputusan akhir didapat. Sebanyak 220 juri menyatakan Socrates tidan bersalah,  280 lainnya yakin Socrates bersalah. Critias dan Charmides yang pernah berdebat masalah etika denga filosof menyimpulkan hukuman yang pantas bagiSocrates adalah hukuman mati. 

 

Melalui karya Plato dalam "Apologi", sang filosof menyampaikan jata-kata terakhirnya: "Jika aku dihukum mati,  kalian akan sulit mencari gantiku. Seandainya aku boleh mengutarakan secara komikal,  kenyataannya aku telah dipilih Tuhan untuk kota ini. Kota ini ibarat kuda besar yang karena bobotnya,  cenderung malas dan perlu dorongan. Jika kalian mengambil nasihatku, kalian akan menghargai hidupku. Namun aku ragu... "

Para juri memang memilih kematiannya. Terdakwa digiring menuju penjara diiringi teriakan yang penuh hinaan kepada sang filosof yang memang berwajah menyedihkan.Ia bertubuh pendek. Dengan paras wajah satir,  berewokan,  hidung pesek,  mata  belok di bawah alis yang menurun,  bibir tebal dengan kepala sebagian botak dengan rambut kasar keriting. Setidaknya begitulah catatan mengenai Socrates lewat banyak karya seniman patung di masa itu. 

 

Hukuman mati seharusnya merenggut nyawanya hari itu juga bila tidak bertepatan dengan upacara tahunan warga Athena terhadap Dellos. Sekalipun ditengah samudra kesalahpahaman dan kebencian warga Athena terhadap sang pemikir, namun Socrates memiliki murid-murid yang setia. Penjaga tahanan yang bersimpatik padanya memberikan kesempatanbagi para murid mengunjungi gurunya. 

 

Lukisan Jacques Louis David (1786) menggambarkan sang filosof yang telah menghabiskan hidupnya mengunjungi  warga Athena dengan berjalan dari sudut gerbang  Puraeus melewati pasar dan pondok-pondok terbuka tempat warga berkumpul hingga ke gerbang Aigeus untuk mengajarkan mereka pemikiran benar melalui dialog dan bercakapan,  menunggu waktu kematiannya dengan sabar. Dalam kukisan yang dibuat bertepan musim gugur di Paris itu,  Socrates dikelilingi para muridnya yang bermuram durja menyajsikan seorang yang berbudi luhur diperlakukan seperti penjahat. 

 

Selain  istrinya Xanthipoe dan ketiga anaknya, kunjungan terhadap Socrates juga datang dari Phadeo,  Crito,  Critobulus putra Crito,  Aeschines,  Terpsion,  Hermogenes,  Apollodorus,  dan sahabat Socrates lainnya. 

 

Kemudian hari eksekusi datang. Sang algojo yang menghormati Socrates memberikannya secawan racun cemara (hemlock). Socrates meneguk racun yang diberikan akgojo dengan tenang. Dalam catatan Phaedo,  Socrates menyambut kematiannya dengan rasa humor, hingga para murudnya sanggup menahan tangis. Namun menyaksikannya meneguk racun, membuat pertahanan para nuridnya meledak. Phaedo akhirnya menangis setelah Apollodorus lebih dulu. Begitu juga Crito. Hingga Socrates yang sangat tenang mencandai para sahabatnya. "Bukan main tingkah kalian kawan-kawanku! " Sindirnya. 

Xabthippe dab jetiga anaknya tidak ada pada nonen itu. Dioindahkan ke ruang lain atas permintaan Socrates sendiri. 

 

Kematian Socrates menjadi legenda sangat populer di Barat setelah kematian kisah  kematiah Jesus. Bahkan Socrates dianggap mesiah dan martir di kalangan beberapa pengagum filsafat. 

 

Kematiannya diabadikan dalam banyak karya seni. Dalam riwayat Isocrates, penonton pementasan Palamendes menangis ketika nama Socrates disebut. Dalam catatan Plutarch, para penuduh Sicrates akhirnya mati bunuh diri setelah dibenci bahkan diboikot warga Athena sendiri. Warga membangun patung perunggu Socrates yang dipahat oleh pematung terkenal Lysippus. 

 

Meski Socrates tidak pernah meninggaljan karya tulis, namun pemikirannya bisa dipelajari hingga sekarang lewat tulisan Plato,  Aristotles dan Xinophon. 

 

Kematian filosof yang rela mengajar dengan cuma-cuma sekalipunn ia telah jatuh miskin dan sering dimarahi sang istri, ramai diabadikan pada abad 18. Pada 1650, Charles Dufresnoy seniman lukis perancis menghasilkan karya "Death of Socrates". Selain itu ada juga lukisan Etienne de Lavelke Piussin pada 1760 selain lukisan Jacques Philippe Josrph pada 1762. Simbol agung filosof Yunani ini juga menarik perhatian banyak kalangan dalam karya Diderot dalam "Treatise on Dramatic Pietry".

 

Begitulah Socrates memilih menjalani hukum meski ia bisa menyanggah para pembenciny, nanun ia tudak memaksakan kehendak bahwa hanya pemikirannya yang benar. Ia bahkan bisa lolos dari hukuman mati dengan bantuan para sahabatnya,  sebagainana nenurut Crito. Namun keteguhannya menghadapi oposisi yang tidak logis sekalipun dengan mentaati putusan hukum. Socrates divonis mati sementara pembencinya seperti lukisan " Para Penuduh Menyekesaikan Makan Malam dan Bersiap Tidur" akhirnya mendapatkan balasan dari warga Athena yang terlambat menyadari kebenaran dalam dialektika Socrates. 

 

Dari berbagai sumber:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Socrates

Botton de Allain, 2003 the Consolations of Philosophy,  Jakarta Selatan : Teraju

http://www.tigapilarnews.com/berita/2017/05/10/106652-Dihukum-Karena-Tekanan-Massa-Ahok-Ibarat-Socrates

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun