"If youth has an unchanging color, it must be the appearance of Izumi Sakai"
Biografi Singkat
Apabila bicara tentang kehidupan seorang artis, maka sudah menjadi lumrah bila orang segera mengasosiasikan artis dengan kehidupan yang mewah, gaun glamor, barang mahal dan penuh sorotan media.
Semakin terkenal seseorang, maka akan semakin rutin diintai wartawan. Lebih-lebih lagi di era jamahan internet, privasi sosok terkenal akan mudah ditelanjangi sebulat-bulatnya.
Stereotipe seorang artis yang lekat dengan segala kemewahan dan sorotan media tidak berlaku bagi Izumi Sakai. Wanita kelahiran 6 Februari 1967 ini bukanlah artis mainstream, bukan pula sosok yang mudah dicari sisi-sisi kehidupannya.
Anda hanya akan menemukan foto seorang wanita yang mengenakan kaos, sweater, atau denim. Bukan karena ia tidak kaya atau tidak terkenal, malah bila Anda tanyakan siapa penyanyi paling sukses di Jepang, maka Izumi Sakai adalah salah satunya.
Kalau Anda bukan seorang penikmat budaya J-Pop, jelas Anda akan sangat asing dengan Izumi Sakai. Lalu kalau Anda adalah manusia yang masuk ke dalam golongan "Gen-Z" maka Anda akan lebih tidak tahu dengan Izumi Sakai, karena ia sudah meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 2007.
Namun, Anda yang masa kecilnya dihiasi oleh anime-anime Jepang seperti Detective Conan, Dragon Ball, Cooking Master atau Slam Dunk, pasti memiliki suara Sakai San dalam memori kenangan di otak Anda.
Don't you see! Negatte mo inotte mo kiseki omoide
Sukoshi wa ki ni kakete
Don't you see! Chotto sameta furi wo suru kuse wa
Kizutsuku no ga kowai kara
Atau
iki mo dekinai kurai nee kimi ni muchuu dayo
hanaretete mo ude no naka ni iru ki ga suru no wa naze
Atau
Hora kyou mo kaze ga hashiru
Hikari ga nami wo tsukinuke
Sono te gutto nobashitara
Sora ni todoku ki ga shita
Memorable, bukan?
Izumi Sakai lahir di Kota Hiratsuka yang terletak di Prefektur Kanagawa, Jepang. Nama aslinya adalah Sachiko Kamachi, putri pertama di keluarganya. Ia adalah anak yang cerdas, berbakat serta menawan. Ia menjadi populer di lingkungannya sebagai seorang gadis kecil pengrajin kata, cemerlang menulis puisi dan juga pandai berolahraga.
Sachiko kecil memiliki gairah setinggi gunung Fuji dalam mengekspresikan perasaannya melalui rangkaian kalimat. Sejak sekolah, ia selalu membawa buku catatan untuk menulis setiap perasaan yang singgah di hatinya melalui puisi dan lirik-lirik lagu. Kebiasaan sederhana yang kemudian menjadi benih-benih kejayaan yang mengantarkan takdir hidupnya.
Sachiko Kamachi mengawali kariernya sebagai seorang model, lalu bakatnya sebagai penyanyi terendus oleh Daiko Nagato, seorang produser-konglomerat pendiri Being Incorporated (sekarang B-Zone Group).
Dengan koneksinya, lahirlah anak perusahaan dari Being, yakni Sensui. Kemudian ia mengganti namanya menjadi Izumi Sakai. Kata Izumi memiliki kanji yang sama dengan Sensui: 泉水. Secara harfiah, kanji 泉 berarti pancuran dan 水 berarti air.
Pada tahun 1991, lahir grup musik ZARD (ザード) dengan Izumi Sakai didaulat sebagai vokalis utama. Kata “Zard” tidak memiliki arti apa pun, tetapi Sakai sendiri berpendapat kata Zard terdengar seperti sebuah grup musik rock. Ia juga menganggap Zard merupakan turunan dari kata blizzard dan wizard. Sebagai informasi, para penggemar Zard menamai diri mereka sebagai Wezard.
Sejatinya, Zard adalah Izumi Sakai dan Izumi Sakai adalah Zard. Zard adalah representasi dari Sakai seorang, meskipun pada awal-awal tahun kemunculannya, nama-nama anggota pendukung juga turut disebutkan. Sakai menulis hampir semua lirik lagu Zard, dan ia adalah satu-satunya anggota asli Zard yang bertahan dari awal hingga akhir. Karena memang Zard niatnya hanya diperuntukkan bagi Sakai.
Lagu pertama Zard adalah Good-bye My Loneliness yang rilis tahun 1991. Menurut pengakuannya sendiri, Sakai melakukan rekaman sampai seratus kali untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Lagu ini mewakili jiwa Izumi Sakai yang muda dan penuh energi. Lalu pada 1993, ia merilis lagu Makenaide ketika Jepang sedang menghadapi economic bubble era. Makenaide terjual lebih dari satu juta kopi, disusul album Yureru Omoi yang juga terjual lebih dari satu juta kopi.
Selama rentang waktu 1993 hingga awal 2000-an, Izumi Sakai adalah penyanyi terpopuler di Jepang. Albumnya terus menerus menduduki tangga tertinggi Oricon, lagunya menjadi lagu inspirasi bagi anak-anak muda bahkan Zard juga dianggap sebagai "penyanyi nasional Jepang".
Selama kariernya, Sakai bukan hanya menulis lagu untuk dirinya seorang, tetapi juga menjadi sosok di balik lagu-lagu anime populer seperti Dragon Ball, Slam Dunk Yawara!, Chuuka Ichiban dan Detective Conan.
Selain itu, Sakai juga menjadi penulis lagu untuk Teresa Teng yang sangat populer, Anata to Tomoni Ikite Yuku. Pasca kematian Teresa pada tahun 1995, Sakai menyanyikan lagu ini secara istimewa dalam album Kimi to No Distance pada tahun 2005.
Pada tahun 2004, Izumi Sakai melaksanakan konser tur pertama dan satu-satunya di sepanjang kariernya. Konser bertema "What a Beautiful Moment" dimulai di Osaka pada tanggal 2 Maret 2004 dan ditutup di Tokyo pada tanggal 23 Juli 2004.
Pada tahun 2006, Sakai jatuh sakit. Ia divonis mengidap kanker serviks yang sudah menyebar hingga paru-parunya. Ia bolak balik rumah sakit untuk menjalani kemoterapi. Meski dalam keadaan sakit, ia masih merencanakan konser tur keduanya yang direncanakan dihelat pada tahun 2008.
Sayang, pada 27 Mei 2007, ia jatuh di rumah sakit yang kemudian mengakibatkan kematiannya. Meski sempat dicurigai adanya indikasi bunuh diri, tetapi kepolisian memastikan bahwa Sakai meninggal akibat kecelakaan.
Dicintai Karena Kesederhanaan
Sebagaimana yang sempat disinggung di awal, salah satu yang menjadi sebab Izumi Sakai dicintai adalah kesederhanaannya. Ketika menuliskan namanya di mesin pencari, akan muncul foto-foto Sakai dengan pakaian serba santai. Kalau melihat pula busana yang ia kenakan saat tampil di panggung, Sakai tidak menggunakan pakaian terbuka bahkan tidak banyak mengenakan make-up. Namun, tampilan seperti ini pula yang membuat Sakai begitu memorable.
Pernah ketika membawakan lagu Tooi no Nostalgia, Sakai hanya mengenakan kemeja berbahan denim, duduk di atas kursi dan bernyanyi dengan tangan terlipat di dada, momen itu dijepret menjadi salah satu foto terbaik Sakai.
Izumi Sakai, menurut pengakuan orang-orang terdekatnya, adalah sosok yang sangat pemalu. Foto-foto semasa hidupnya kebanyakan adalah foto candid, tidak melihat ke arah kamera. Dikisahkan juga bahwa ia sangat sensitif terhadap kamera dan seringkali menghindar, ini yang menyebabkan ia tidak nyaman sebagai seorang model. Malah, tak jarang ia dimarahi karena sikapnya itu.
Dalam suatu riwayat dikisahkan, saat konser turnya pada tahun 2004, Sakai tiba-tiba lambat keluar menuju panggung karena malu dengan banyaknya orang yang menghadiri konsernya. Butuh usaha lebih dari dirinya dan para staf demi membawanya keluar untuk mengucapkan terima kasih kepada para penggemar.
Kehidupan pribadi Izumi Sakai tidak terekspos sebagaimana artis pada umumnya. Sulit mencari dokumentasi tentang kehidupannya selain momen saat ia bernyanyi dan membuat video klip.
Selain karena orang Jepang yang cukup tertutup soal privasi pada orang lain, juga karena sifat Sakai yang sangat pemalu. Beberapa wawancaranya yang masih tersisa di Youtube juga menunjukkan kecenderungannya menghindari kontak kamera. Dan, ia sama sekali tidak memiliki gosip negatif sampai akhir hayatnya.
Walau memiliki sifat yang pemalu, Izumi Sakai tetap menjadi seorang pekerja keras yang mampu bekerja sama dengan timnya. Diceritakan juga bagaimana Sakai San begitu serius membuat rekaman sampai mengulangnya hingga seratus kali.
Kadangkala, ia merekam dengan kondisi studio yang ditutup tirai agar tidak dilihat orang lain. Walau begitu, bukan hal yang langka juga ketika ia mengirim makanan pada staf-stafnya yang bekerja hingga larut.
Karakter Sakai yang pemalu, jauh dari eksposur media, dan terkesan rendah hati justru membuat ia makin dicintai. Ia senantiasa tampil sederhana, malah pernah kedapatan mengenakan jam tangan Swatch Scuba 200 yang harganya tidak sampai 20.000 Yen dalam sebuah video klip lagu Kokoro wo Hiraite. Jam ini juga masih tampak digunakannya dalam banyak momen. Ia juga tidak banyak bicara tentang dirinya, ceritanya hanya perihal musik dan musik. Tidak ada dokumentasi liburan mewah, makan di restoran mahal dan momen-momen flexing nan norak lainnya.
Perlu dicatat bahwa pada tahun 2000-an, teknologi informasi sudah sangat maju di Jepang. Jangan lupa juga, Zard dibentuk pada masa-masa akhir periode Japanese Miracle. Jadi, untuk flexing pun sebenarnya sudah sangat mungkin di tahun-tahun itu. Zard juga tidak meninggalkan warisan yang mencolok, selain ratusan lagu, belasan album, tumpukan rekor dan buku-buku berisi puisi-puisinya.
Tentang Kesungguhan dan Dedikasi
Membicarakan Izumi Sakai-ZARD tidak boleh tidak membicarakan bagaimana kariernya dibangun dengan kerja keras dan dedikasi yang tinggi. Ia bukan seorang anak yang tiba-tiba pandai bernyanyi lalu kemudian terkenal dan mendunia. Ia juga tidak tiba-tiba menulis lagu, viral dan kemudian didapuk oleh produser papan atas. Semua berangkat dari perjuangan yang dilandasi segala sesuatu yang berkaitan dengan mimpinya.
Belajar merangkai kata, merangkai kalimat, membawa buku catatan kemana-mana, dan selalu menyisihkan waktu untuk menulis puisi. Sakai memulai kariernya dari seorang model, sampai menjadi Karaoke Queen juga pernah ia tekuni. Hingga akhirnya ia dilirik oleh seorang produser. Pun demikian, Sakai jadi bekerja lebih keras.
Dedikasinya makin menguat seiring kariernya yang menanjak. Bukannya berleha-leha menikmati status sebagai seorang lead vocal, Sakai menghabiskan malam-malam yang panjang untuk menulis lirik lagu. Meninggalkan banyak kesenangan sebagai bentuk keseriusannya dalam meniti karier.
Lagu-lagu Sakai dibidani oleh komposer-komposer keren di masa itu, salah satunya adalah Tetsuro Oda. Sakai menulis semua liriknya, dengan kurang lebih 150 lirik telah ia ciptakan sepanjang kariernya. Bisa dibilang, tak ada waktu dalam hidup Sakai kecuali untuk berkarya. Sesuatu yang sebenarnya sangat korelatif dengan budaya kerja orang Jepang. Semangat Sakai untuk terus berkarya bahkan tidak tergerus oleh penyakit yang ia idap. Saat menjalani pengobatan kanker pun, ia masih tetap menulis lagu.
Semua dedikasi itu toh pada akhirnya berbuah elok. Lagu-lagu Zard laris manis, terjual jutaan copy. Penjualan fantastis itu pun bukan hanya sekali lewat kemudian meredup, Zard terus menjual jutaan single berikut album selama lebih dari satu dekade. Sebuah penahbisan bahwa untuk konsisten berprestasi, hanya bisa diraih dengan usaha keras yang repetitif alih-alih dengan momen instan.
Bahkan semua kecemerlangan Sakai tidak berakhir meski kematian merenggutnya dari dunia. Hingga hari ketika tulisan ini ditulis, lagu-lagu Zard tetap hadir di platform musik berbayar seperti Apple Music dan Spotify.
Konser-konser Zard digelar setiap tahunnya demi mengenang sang legenda. Mereka yang bahkan mengenal J-Pop pasca kematian Sakai turut jatuh hati pada Zard. Malah, lahir pula sebuah grup musik yang mendedikasikan diri untuk menyanyikan tembang-tembang milik Zard, mereka memberi nama grup itu dengan nama SARD. Para penyanyi Jepang masa kini juga ikut menyanyikan lagu-lagu peninggalan Zard, contohnya Maiko Fujita yang menyanyikan salah satu lagu fenomenal Zard, Yureru Omoi.
Lagu Makenaide, yang dalam bahasa Indonesia berarti "Tolong Jangan Kalah" adalah karya Sakai yang paling fenomenal. Lagu ini lahir pada tahun 1993, ketika Jepang mulai masuk ke dalam stagnansi ekonomi yang seiring jalan disebut-sebut sebagai "dasawarasa yang hilang". Ketika itu, akibat penggelembungan harga aset, masyarakat Jepang hidup dalam tekanan ekonomi yang sangat besar. Maka, banyak orang Jepang yang jatuh hati ketika mendengar spirit dan motivasi yang ada di dalam lirik lagu ini.
Makenai de mou sukoshi
Saigo made hashiri nukete
Donna ni hanarete te mo
Kokoro wa soba ni iru wa
Oikakete haruka na yume o
Don't give up, keep running,
To the end, just a little more
No matter how distant we are,
Our hearts are linked as one
Keep chasing far-off dreams.
Lagu ini menjadi penyemangat, motivator, dan modal masyarakat Jepang untuk kembali berjuang di saat-saat sulit. Bahwa mereka sudah bangkit setelah perang, jatuh dan akan bangkit lagi.
Saking berharganya lagu ini, Kementrian Kebudayaan Jepang memasukkan lagu ini ke dalam buku musik pembelajaran universitas. Saat Izumi Sakai meninggal, melalui polling Oricon, Makenaide terpilih sebagai lagu terbaiknya Zard. Sebagai catatan juga, lagu ini terjual sebanyak 1,64 juta kopi dan merupakan lagu Zard yang paling laris.
Kesungguhan Zard dalam menciptakan lagu-lagunya tercitrakan dari lirik-lirik yang indah, yang begitu terasa bahwa ia bukan sekadar rangkaian kata tanpa makna. Melainkan dibuat dari perasaan terdalam seorang Izumi Sakai.
Ano hi ienakatta kotoba wa ima mo
Kono mune no naka de nemutteru
Ano toki mou sukoshi yuuki wo daseba
Kimi wo ushinawazu ni sunda kamo
It's too late
Tooi hi no Nostalgia
Those words I couldn't say that day even now
Are asleep in my heart
Back then, if I'd had a bit more courage
I wouldn't have had to lose you
It's too late
Nostalgia for days long past
Zard tetap dikenang dalam kesenyapan, fansnya terus bertahan dan bertambah tanpa eksposur yang berlebihan. Lagu-lagunya masih didengarkan di suatu sudut di tengah berjibunnya lagu-lagu yang dibuat untuk sekadar mendatangkan uang. Kesederhanaannya masih menjadi nilai ketika budaya flexing sudah menjadi kelumrahan bagi para seniman.
Penampilannya yang natural seperti air yang bening () adalah markah bahwa kecantikan sejati ada di dalam diri, dekat dengan diri. Sikapnya untuk tidak banyak bicara kecuali yang berkaitan dengan keahliannya adalah hikmat ketika kini siapa saja bebas untuk bicara apa pun hanya karena terkenal dan berpengaruh.
Sebagaimana kalimat pembuka di awal tulisan ini, bahwa bila ada keremajaan yang tidak akan pernah berubah, maka itu adalah penampilan Izumi Sakai. Tidak peduli ratusan purnama telah berlalu, musim panas dan dingin terus bertukar, bunga-bunga bermekaran dan berguguran, namanya tetap dikenang dan karya-karyanya terus abadi.
You've got to open your heart
Whenever you feel blue
Woh Forget your worries and gimme your smile
心の冬にさよならして
走り出そう新しい明日へ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H