"Bagaimana dengan Tuan Karim. Nyonya Karim, apakah Beliau mengizinkan Puteri pergi?" Ujar misha takut.
"Tak usah kau pedulikan Mereka, ikutlah denganku. Aku majikan mu saat ini" ujarnya dengan nada kesal. Misha pergi dengan cepat meninggalkan putri Zaine yang tengah sibuk dengan koper miliknya.
"Apa yang akan kau lakukan Maria? Apakah kau akan kabur? Bukankah tuan Karim dan Isterinya akan Pulang sebentar Lagi?" Patricia mengingatkan . Ketika matanya melihat Misha yang terus menata baju ke tas besar miliknya.
"Benarkah..Jika ada apa-apa dengan ku, tolong hubungi Nomor Ini. Aku percaya pada Mu Patricia!" Ujarnya bangkit.
"Apa ini hubungan nya dengan Puteri Zaine?jika iya kumohon jangan pergi demi dia Maria! Dia akan kabur dengan pria pilihan nya dan menolak untuk Di jodohkan dengan Pangeran Dari Abu Dhabi, Demi Tuhan. Jangan ikut dengannya!" Patricia memohon. Misha terdiam sesaat mendengar pernyataan Patricia, sebelum suara Sang puteri berteriak memanggil nya.
"Maafkan Aku Pat, Terimakasih atas kebaikan Mu selama ini. Aku berjanji akan Baik-baik saja!" Ujarnya berlalu.
BandaraÂ
Misha berdiam diri memilin kain Abaya yang dirinnya kenakan dengan tangan gemetar. Dirinya takut akan tindakan sang Puteri yang memintanya untuk ikut, hingga beberapa menit setelah pengecekan Pasport dirinya berhasil masuk. Puteri Zaine terlihat diam sama-sama diam dengan kebisuannya, mungkin banyak sekali masalah yang bersarang di pikirannya.
"Kau tahu Maria! Aku muak tinggal dengan mereka. Hingga aku memilih pergi untuk hidup di luar Negeri, hingga kini mereka menyuruh ku kembali" ujarnya.
"Mengapa demikian Puteri?" Tanyanya.
" Hanya kau orang yang dekat dengan Ku selama Ini, kumohon jangan beritahu siapa pun. Atas tindakan ini, berjanjilah Jika sewaktu waktu kita tertangkap!" Lirih nya. Misha hanya terdiam mendengar kan ucapan sang puteri.