kolong meja semakin tua bermahkota debu
ceramah-ceramah bersliweran di genggaman
hafal dari permulaan sampai pengakhiran
bangku pincang patah kaki satu persatu
Â
tetiba daun tintir tak mampu sembuhkan luka
seperti dulu, saat nenek terbelah kakinya
kini ada obat merah (palsu)
penurun panas (oplosan)
Â
aku bergerak dalam riuh bergemuruh
seluruh mata angin dipenuhi busur-busur
yang lahir dari nafsu
Â
debu meraja di kolong meja
dan bangku-bangku lumpuh beribu-ribu
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI