kolong meja semakin tua bermahkota debu
ceramah-ceramah bersliweran di genggaman
hafal dari permulaan sampai pengakhiran
bangku pincang patah kaki satu persatu
Â
tetiba daun tintir tak mampu sembuhkan luka
seperti dulu, saat nenek terbelah kakinya
kini ada obat merah (palsu)
penurun panas (oplosan)
Â
aku bergerak dalam riuh bergemuruh
seluruh mata angin dipenuhi busur-busur
yang lahir dari nafsu
Â
debu meraja di kolong meja
dan bangku-bangku lumpuh beribu-ribu
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!