Mohon tunggu...
Sofi Mahfudz
Sofi Mahfudz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Amatir

Suka Bisnis dan Nulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Semangat Waisak dan Ramadhan: Saat Rasa Optimis Berpadu, Corona Bisa Berlalu

7 Mei 2020   21:53 Diperbarui: 7 Mei 2020   22:05 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: twitter/@muh_ulilabsor

Di bulan ini, ada 2 agama yang merayakan momen istimewanya. Umat Islam dengan bulan Ramadhannya. Umat Budha dengan Hari Waisaknya.Keduanya membawa kegembiraan dan kebahagiaan untuk umat masing-masing yang merayakannya.

Tapi ada yang berbeda.

Tahun ini, pelaksanaan puasa  Ramadhan dan Hari Waisak dirayakan dalam nuansa yang berbeda. Akibat Corona.

Situasi Ramadhan

Biasanya, saat bulan Ramadhan tiba, di beberapa penjuru negeri semarak oleh nuansa Ramadhan.

Masjid, Surau ramai oleh orang-orang yang tarawih. Setiap malam. Kemudian dilanjutkan dengan tadarusan. Dihiasi aneka suara petasan. Setelah sorenya, ada tradisi ngabuburit.

Sejak corona datang, suasana berubah. Untuk ukuran Bulan Ramadhan, masjid dan surau sekarang ini termasuk sepi. Tidak ada tarawih. Tidak ada kajian.

Masyarakat Muslim beribadah di rumah masing-masing. Semua dilakukan dalam rangka mengikuti anjuran social distancing.

Sebelas duabelas dengan Umat Islam. Umat Buddha hari ini juga merasakan hal yang sama.

Situasi Hari Waisak

Bisa jadi, ini pertama dalam sejarah Umat Budha di era modern. Bahwa  Peringatan Hari Raya Trisuci Waisak 2564BE/2020 M dilaksanakan dengan cara online.

Untuk upacara ritual Trisuci Waisak-nya, tetap dilakukan di masing-masing vihara. Tapi umat Budha tidak perlu hadir. Karena mereka cukup mengikuti upacaranya secara online dari kediaman masing-masing.

Hal ini merupakan bagian dari kepatuhan mengikuti arahan Sangha Theravada Indonesia. Bahwa untuk peringatan hari Waisak ini, perlu meniadakan perayaan yang bersifat menghimpun massa.

Di Yogyakarta perayaan Hari Waisak juga ditiadakan. Biasanya di kota budaya ini tempat dimana perayaan Hari Waisak dipusatkan. Tepatnya di Candi Borobudur.

Meski merayakan hari Waisak dengan cara tidak biasa karena pandemi, tapi hal ini tidak mengurangi semangat dan kekhusukan dalam perayaan ini.

Toh, Umat Budha menyadari betul, bahwa ditiadakannya perayaan secara besar-besaran adalah bagian dari sikap taat kepada pemerintah untuk social distancing. Untuk kepentingan yang lebih luas. Demi segera keluarnya bangsa ini dari teror Covid-19.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam perayaan hari Waisak ada bakti sosialnya. Untuk tahun ini, bakti sosialnya bertema gerakan melawan corona yang dirupakan dalam bentuk peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk melawan virus covid-19, seperti face shield, APD (Alat Pelindung Diri), Hand Sanitizer dan sejenisnya yang semua itu serahkan ke berbagai RS.

Waisak dan Optimisme

Pesan yang disampaikan oleh pemuka agama Budha dalam perayaan Waisak kali ini adalah bahwa sikap optimis harus terus dipupuk. Optimis bahwa badai Corona pasti akan berlalu.

Dengan mengkampanyekan sikap optimis, umat Budha akan tetap merasa bahagia. Karena dengan bersikap optimis sendiri, hormon kortisol yang menentukan tingkat stres akan berkurang. Digantikan oleh meningkatnya serotonin yang bisa membuat mood menjadi lebih baik.

Seperti kata Sang Budha Siddarta Gautama:

"Kebahagiaan itu tidak tergantung pada kejadian, namun tergantung pada pikiran Anda"

See, bahwa Sang Budha menyuruh umatnya untuk tidak sedih berkepanjangan saat situasi sedang sulit. Sebaliknya, Umat Budha harus bahagia. Perasaan bahagia lahir dari sikap optimis yang ada di dada.

Dengan hadirnya sikap optimis, membuat permasalahan sepelik apapun akan bisa diatasi. Termasuk virus corona yang menggempur negeri ini.

Ramadhan dan Sikap Optimis

Begitu juga dengan umat Muslim yang sedang berpuasa. Bahwa puasanya yang merupakan bentuk dari sikap takwa bisa menghadirkan sikap optimis.

Sebagaimana Firman Allah Ta'ala:

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan mereka tidak pula bersedih hati yaitu orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka, berita gembira dalam hidup di dunia dan diakhirat. Tidak ada perubahan kalimat-kalimat (janji) Allah yang demikian itu adalah kemenangan yang besar" (QS. 10: 62-64).

Sebagai penutup, saya ingin menghadirkan satu perpektif tentang sikap optimis:

Ketika kita merasa optimis, kita bisa melihat dunia ini dalam sudut pandang yang positif. Dan semua akan menjadi terasa mudah. Karena sikap optimis sendiri bisa menghancurkan kesulitan-kesulitan yang menghadang.

Saat umat Islam optimis. Saat Umat Budha juga optimis. Maka sikap optimis yang hadir secara serempak di seluruh negeri ini akan mampu menghadirkan energi lebih untuk bangsa ini keluar dari krisis Covid-19.

Dengan semangat Ramadhan dan Hari Waisak, bersama-sama kita gelorakan: 

Don't give up. 

There's always hope.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun