Mohon tunggu...
Sofi Mahfudz
Sofi Mahfudz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Amatir

Suka Bisnis dan Nulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dari Sampah Muncullah Energi Alternatif, Belajar Dari TPA Talangagung

31 Desember 2015   22:04 Diperbarui: 31 Desember 2015   22:53 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada salah satu warga yang berada di sekitar lokasi TPA yang berjualan bakso. Setiap hari beliau memasak memakai 2 kompor dengan menggunakan gas metana dari TPA. Bayangkan, 2 kompor terus menyala dan gasnya gratis. Otomatis ini akan mengurangi biaya produksi yang harus dikeluarkan. Masih banyak contoh lain tentang besarnya manfaat yang didapat dari aliran gas metana yang dialirkan dari TPA Talangagung.

Memecahkan Rekor MURI

Pada tanggal 20 Oktober 2015 lalu, di lokasi TPA ini diadakan kegiatan pemanfaatan energi alternatif gas Metana secara serentak yang diikuti oleh 250 unit Rumah Tangga. Kegiatan ini berhasil memecahkan rekor MURI.

Proses Pengolahan Sampah Menjadi Energi Alternatif

Lantas, dimana lokasi pengolahan sampah menjadi energi alternatif di TPA ini?

Dari lokasi seperti yang ada difoto diatas, untuk mencapai lokasi pengolahan sampah, Anda hanya perlu berjalan lurus kedepan. Sampai akhirnya akan ditemukan pemandangan seperti ini:

Tampak backhoe berada di lautan sampah. Membantu para pekerja mengolah sampah menjadi gas metana. Di TPA Talangagung ini daerahnya dibagi menjadi 3 zona yakni zona aktif, pasif dan zona kendali. Proses pemanfaatan zat metana dimulai dari timbunan sampah. Kemudian dilanjutkan dengan proses penangkapan gas metana. Setelah itu dilakukan proses pemurnian. Rangkaian proses ini diakhiri dengan keberadaan sistem pengendalian kapasitas gas metana.

Tampak hamparan terpal biru dengan beberapa pipa berlubang yang berdiri diantaranya. Di tempat inilah tumpukan sampah yang menggunung itu diolah dengan memakai sistem sanitary landfill. Dengan sistem ini maka tidak sampai terjadi adanya penumpukan sampah yang menggunung. Jadi, ketika sampah berdatangan, langsung dimasukkan ke lubang penimbunan sedalam 12 meter. Di lubang ini sudah dipasang alat penangkap gas metana dan pipa air lindi. Semakin banyak sampah yang menumpuk, semakin banyak gas metana yang dihasilkan. Pipa berfungsi menyerap gas metana dan air lindi. Sedangkan sumur seperti contoh gambar dibawah ini berfungsi menampung air lindi.

Untuk menetralkan air lindi yang berasal dari proses pembusukan sampah sebelum akhirnya dialirkan ke lingkungan sekitar dilakukan dengan cara menyalurkannya ke Instalasi Pengolahan Air Sampah atau IPAS. 

Selain itu, untuk mengamankan lingkungan dari pencemaran akibat proses pengolahan sampah, di sekeliling TPA dibuat Green Belt atau sabuk hijau. Sabuk hijau ini terdiri dari deretan pepohonan yang memiliki fungsi sebagai penyaring air lindi serta menangkap gas CO2 akibat pengolahan sampah. Yang termasuk dalam green belt adalah pohon Trembesi, Jati, Sengon dan lain sebagainya. Dengan keberadaan green belt ini maka udara disekitar TPA tidak berbau.

Program ‘Waste to Energy’ yang dilakukan oleh TPA Talangagung bisa diterapkan di daerah lain. Ini memungkinkan karena dimana-mana ada sampah. Jika setiap kabupaten/kota menerapkan cara seperti yang dilakukan TPA Talangagung, maka ketergantungan terhadap sumber energi yang tidak terbarukan akan semakin mengecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun