Plastik, botol mineral, bungkus coklat...
Makanan!
di mana makanan?
andai ada sepotong roti
untuk keberuntunganku hari ini
tiba-tiba...
Apa yang kau cari di sini?
seorang wanita berdiri di hadapanku
Sa...saya tidak mencari apa-apa, bu
aku tergagap malu
Wanita itu menatapku
matanya yang menggelambir oleh usia
sarat dengan tanda tanya
Kalau tidak mencari apa-apa, lantas kenapa kau
aduk-aduk sampah itu?
ia bertanya lagi
Aku mendongak
kuamati figurnya
badannya berisi
sudah pasti ia makmur semasa hidupnya
Saya tidak mencari apa-apa
dustaku lagi
tidak kepadanya
tapi kepada usus di perutku
yang mulai meronta-ronta
Kau lapar?
wanita itu terus bertanya
Tidak, bu. Saya tidak lapar
Kelihatannya kau mencari-cari sesuatu
Saya tidak mencari apa-apa
ia memutar matanya
jelas tidak yakin dengan pendengarannya
Tunggu di sini, Nak
Biar kuambilkan untukmu sesuatu
ia menghilang
dan sejurus kemudian kembali
dengan segelas minuman surga
di tangannya
Minumlah, aku tahu kau lapar
Maaf, tapi saya tidak lapar
Sungguh?
tanyanya
nadanya penuh kasih
Tapi wajahmu lesu, minumlah
Terimakasih,tapi orangtua saya mengajari untuk tidak
meminta belas kasih dari orang lain
Kau tidak meminta belas kasih, Nak
Aku memberi, dan pemberian tidak boleh ditolak
maka aku menerimanya
aku memang lapar
dan memang itulah yang kuinginkan
ya,
aku masih ingat sekali
waktu itu umurku lima belas atau enam belas
hari sudah di ujung petang
layaknya gerimis menerpa tanah kerontang
segelas susu dari wanita itu
melambungkan semangatku
untuk kembali menelusuri tiap sudut kota Antah Berantah
untuk menyambung hidupku di balik onggokan sampah
untuk melanjutkan pendidikan demi masa depan cerah