Mohon tunggu...
Sofiandy Zakaria
Sofiandy Zakaria Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan PNS Badan Pengembangan SDM Dep. KIMPRASWIL/ Dep. PU. Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP-UMJ 1989-2022. Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta 2007-2022

Menulis ,Olah raga berenang dan jalan kaki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Stigma Vs Peluang Usaha Barang-barang KW

26 Juni 2022   15:30 Diperbarui: 26 Juni 2022   22:53 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang tahu, merek mobil M dari Jepang yang ditahun 1980-an mengusung tagline iklan raja jalanan itu, sampai sekarang masih tetap menguasai pangsa pasar mobil-mobil. Tidak hanya di kelas angkutan umum seperti mini bus, bus-bus ukuran besar, truk-truk untuk pengangkut barang dan pekerjaan berat lainnya, tapi juga mobil-mobil  pribadi ukuran untuk keluarga kecil.

Sementara itu merek mobil T juga dari negara Jepang, yang di awal-awal usahanya dengan yakin menambahkan nama hewan dongeng legendaris asli Indonesia dan kemudian lebih dikenal menjadi mobil merek TK yang sangat akrab di telinga hampir semua lapisan masyarakat. 

Kemudian yang paling banyak adalah merek T jenis ukuran sedang, yang terkenal dengan sebutan mobil-mobil sejuta umat, telah ikut memadati lalu lintas jalan di kota-kota terutama di jam-jam sibuk. 

Mobil-mobil dinas perkantoran pun, baik swasta maupun pemerintahan yang tempo dulu dikuasai oleh merek LR dari Inggris, kini sudah sekitar setengah abad dikuasai oleh merek mobil TK dari Jepang.

Sementara mobil-mobil super mewah yang lebih mengandalkan fungsi ketangguhan, keamanan dan kenyamanan dan penampilan elegan, seperti merek RR, J, F dan L hanya dimiliki oleh orang-orang kaya raya lama dan baru tertentu saja.

Cerita lain yang lebih merakyat adalah tentang makanan segala umat di negeri kita, adalah mie instan merek IM yang di tahun 1970-an masih dianggap sebagai makanan rakyat level akar rumput, ternyata kini sudah menjadi raja mie dan menjadi raksasa bisnis mie cepat saji yang bukan saja menguasai pasar lokal, tapi juga banyak diminati di negara-negara lain. 

Ini adalah kreasi hasil kecerdasan, kejelian dan kecerdikan, termasuk upaya-upaya positioning jitu yang mengangkat nama-nama varian rasa masakan khas budaya-budaya lokal hampir dari seluruh daerah di Indonesia. Produk mie siap saji ini ternyata juga cocok untuk lidah-lidah orang dari berbagai negara.

Produk makanan ini pun selalu dihadirkan paling dulu dan agresif di saat-saat terjadi berbagai musibah, seperti banjir dan gempa bumi yang menimpa masyarakat, bukan hanya di dalam negeri tapi juga di belahan dunia lainnya, termasuk di tempat-tempat pengungsian yang  diakibatkan  oleh berbagai konflik dan peperangan antar negara dan bangsa. 

Berapa juta rakyat Indonesia sendiri yang mengonsumsi mie instan tersebut untuk sarapan, makan siang atau makan malam. Silahkan berselancar atau meramban informasi, terutama di banyak kanal medsos tentang jumlah omzet dan kekayaan perusahaan tersebut. 

Kelompok pemilik perusahaan mie ini sudah sekitar setengah abad tetap konsisten dan semakin semangat menjadi pejuang sejati recehan, yang rajin menabung keuntungan hingga mencapai kekayaan triliunan rupiah.

Bukan tidak mungkin suatu ketika akan ada raksasa bisnis siomay, batagor, mpek-mpek, cilok atau seblak yang meniru keteguhan dan ketangguhan serta keajegan memfokuskan usaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan yang  sesuai dengan kemampuan kantong rakyat di level bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun