Untuk harga sewa robin kala itu Rp300 ribu. Sementara, jonson Rp500 ribu.
Saya dan teman membantu dalam produksi feature dokumenter sebuah program televisi yang berkaitan dengan anak-anak di pedalaman. Rimbang baling kami pilih karena balutan budaya dan alam yang masih asri.
Percaya tidak percaya saat pertama kali melakukan survei, saya menjadi bagian dari taster meminum obat tradisional di sana. Saya sempat mengalami demam dan diberi obat dari tumbuhan berwarna ungu (lupa namanya). Ibu dari temanku mengambil di sekitar rumah lalu daun tumbuhan tersebut diremas-remas untuk diambil airnya. Rasanya sedikit aneh dan getir. Tapi, yasudahlah ya, namanya juga obat.
Kelapa muda pun diberikan padaku. Ternyata saya terkena cacar air. Perasaan udah campur aduk ini, mana lagi skripsian, ada proyek. Sudahlah. Beruntung, saat kembali ke Pekanbaru, si cacar ini segera pulih.
Sekembalinya ke Rimbang baling bersama tim, kami disuguhkan pemandangan alam yang luar biasa. Dari piyau yang berjajar rapi menunggu penumpang, kami pun menyusuri sungai yang begitu jernih nan hijau.
Jujur aku cukup takut jika berhadapan dengan air baik sungai maupun laut. Bunyi air yang dihasilkan cukup menyeramkan. Itu hanya sugestiku saja, lantaran tidak tinggal di daerah pesisir.
Semakin ke dalam, semakin bagus pula pemandangan. Dibalut perbukitan itu, suara alam menyatu dari air dan satwa yang berada di hutan. Apalagi kawasan ini merupakan hutan alam yang di dalamnya terdapat lembaga konservasi yakni WWF. Kami pun melewati camp WWF yang turut serta menjaga keasrian hutan ini.
WWF Indonesia merupakan salahsatu organisasi konservasi independen terbesar di Indonesia yang mulai kegiatannya sejak tahun 1962. Pada tahun 1998, WWF Indonesia resmi menjadi lembaga nasional berbadan hukum yayasan. Saat ini WWF Indonesia bekerja di 28 kantor wilayah di 17 provinsi di Indonesia, menjalin kerjasama dan bermitra dengan masyarakat, LSM, media, dunia usaha, universitas, serta pemerintah baik dia daerah maupun pusat. (www.wwf.or.id).
Di sepanjang tepian sungai banyak tumbuh rotan air - tidak mempunyai batang menjalar seperti rotan anyam. Daunnya mirip dengan palm hias. Namun, batangnya penuh dengan duri. Saat mencabut harus hati-hati. Karena yang diambil adalah pucuknya -- bisa untuk sebagai pengganjal saat lapar. Rasanya sepat dan pahit, namun sangat berkhasiat, yang mana bisa menyegarkan tenggorokan karena kandungan banyak kandungan airnya.