Setelah ke sana ke mari konsul dengan dokter kandungan, pasangan suami istri (pasutri) ini pun bertemu dengan dr. Ivander. Pada awal promil, ia mengatakan ingin normal terlebih dahulu sampai waktu yang ditentukan yakni satu tahun.
Satu tahun berlalu, ia meminta waktu sejenak pada dokter karena ada acara di Lombok dan tidak bisa ditinggalkan. Padahal usianya akan mencapai 40 tahun.
Februari 2016, mereka memutuskan promil dengan serius. Dokter mengatakan agar banyak makan protein. "Salmon, ya dok?" tanyanya. "Ngapain salmon, ikan kembung juga bagus," jawabnya.
Seperti biasa, sebelum tindakan semuanya dicek. Tepat pada hari ketiga saat menstruasi. Kala itu, ia mendapat 11 embrio diawal. Namun, saat hari ketiga tiba hanya 8 embrio.
Selanjutnya, dokter merekomendasikan menyuntik satu embrio padahal ia ingin dua. Sempat sedih karena ditepis dan beresiko besar.
Lalu, keputusan antar dokter dan kolega membuatnya tak berhenti tersenyum. Dua embrio sekaligus disuntik dan mereka pun tumbuh keduanya di rahim.
Ia pun rajin bertanya serinci-rincinya mengenai kondisi buah hati yang kembar itu. Dua bayinya lahir secara prematur, dengan usia kandungan 7 bulan 11 hari.
Tujuh tahun menikah, mereka diberi momongan kembar sekaligus. Meski hanya satu yang bisa diberi kolostrum dengan menggunakan selang. Sehingga, saat pulang ke rumah tidak bersamaan.
Suaminya pun harus bolak-balik ke NICU (RSIA) dan RSU. Setelah melahirkan, ia pun harus masuk HCU karena penyakit bawaan. Sehingga, ia seperti robot karena susah berjalan dan harus terapi.
Setahun setelah keluar dari rumah sakit ia mulai bisa kembali berjalan. Si kembar dirawat oleh suster. Ia pun tak bisa memberi ASI lantaran obat yang dicerna berpengaruh pada bayinya.
"Aku kerap mengingatkan teman-teman, bahwa sebagai perempuan, kita punya masa expired," catatan #pejuanggarisdua (2021:89).