"Saya ambil contoh tulisan saya yang berjudul Mak Erot dan Sindrom Maskulinitas. Singkatnya, bercerita tentang perempuan yang bekerja melakukan pembesaran objek vital laki-laki," kisahnya.
Terakhir, bagaimana framing bekerja dalam  meletakkan subject matter ke dalam struktur sebuah tulisan. Ia berguna untuk membaca hal-hal yang tampak sederhana, remeh- temeh, dan luput dari perhatian publik, menjadi materi yang memiliki nilai, bahkan pedoman dalam hidup.
"Framing sebenarnya hal yang paling berhubungan dengan cara memandang perempuan. Jika dalam pembingkaian keliru, bukan tidak mungkin kita mendapatkan persepsi, bahkan dapat membentuk opini yang keliru terhadap perempuan," akhirinya.
Dalam sesi tanya jawab, saya kembali bertaya perihal, dari keempat jenis kepenulisan mana yang paling sulit? untuk kompas sendiri, apa aspek utama yang menjadi fokus dalam melakukan liputan perempuan? Lead mana yang lebih baik digunakan dalam penulisan ini?
Beli Can katakan, teknik personalitas itu membutuhkan pendekatan yang lebih lama, karena wartawan harus benar-benar mengetahui bahwa narsumnya nyaman terhadap kehadirannya.Â
Jadi cukup butuh waktu untuk saling mengenali. Oleh sebab itu tak bisa dalam sekali datang, bisa berulang-ulang agar wartawan memperoleh kepercayaan dari narsum.
"Kompas tentu lebih sering melakukan peliputan terhadap perempuan yang bukan siapa-siapa, tetapi sebenarnya sedang melakukan hal besar. Nah itulah gunanya kita punya frame, yang berarti bahwa kita butuh referensi berupa pengetahuan. Soal lead, itu sangat spesifik, tetapi ambil hal yang paling mengesankan dari kata-kata atau prilaku seorang perempuan," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H