Mohon tunggu...
Sofiah Rohul
Sofiah Rohul Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Holla Before doing something, do something different

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Masih Butuh 132 Tahun Kesetaraan Gender Secara Global

23 November 2022   14:23 Diperbarui: 24 November 2022   21:39 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kesetaraan Gender. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

(Kiri atas) Wisnu Widiantro (Kepala Desk Fot, (kanan ke kiri) Sarie Febriane (Editor Desk Multimedia), Putu Fajar Arcana (Wartawan Senior Desk Budaya)
(Kiri atas) Wisnu Widiantro (Kepala Desk Fot, (kanan ke kiri) Sarie Febriane (Editor Desk Multimedia), Putu Fajar Arcana (Wartawan Senior Desk Budaya)

"Berangkat dari kenyataan, imajinasi mampu tembayangkan gambar-gambar, cerita, dan langkah-langkah penciptaannya. Imajinasi juga memberi kesempatan seorang pencipta untuk menemukan gagasan," ucapnya.

Kemudian, kreativitas harus ada dalam diri seorang penulis. Pada tahap ini, menurutnya, seorang pencipta mengembangkan imajinasi menjadi lebih konkret. Gagasan-gagasan diolah menjadi karya yang inovatif dan original.

"Seringkali kreativitas disamakan dengan daya cipta untuk menemukan karya yang inovatif dan original, sehingga melampaui karya-karya sebelumnya (tradisional). Meski begitu, stop untik duplikasi pada karya sebelumnya," imbuhnya.

Tak hanya itu, keterampilan bahasa pun menjadi point penting agar tidak terbelit-belit. Sehingga dibutuhkan kemampuan khusus dalam memilih diksi. "Bekerjalah dengan kemampuan bahasa sebagai medium utamanya," tambahnya.

Kepenulisan mengenai perempuan, menurutnya ada kuncinya. "Kuncinya empat, yakni personalitas, totalitas, keunikan, dan framing," akuinya.

Untuk sisi personalitas, Beli Can, ungkapkan,  upaya untuk menangkap kepribadian terdalam dari seseorang perempuan. Seorang penulis yang baik, secara perlahan harus memahami kepribadian subject matter di hadapannya.

"Kita akan menimbang keseluruhan reaksi psikologis dan sosial seseorang, sintesis kehidupan emosional dan mentalnya, serta tingkah laku dan reaksinya terhadap lingkungan. 

"Sederhananya, kita ingin berada dari sudut pandang seorang perempuan dalam melihat sekeliling beserta reaksinya terhadap berbagai realitas dirinya," katanya lagi.

Selanjutnya, yakni totalitas. Dimana totalitas bisa diukur dari seberapa jauh keterlibatan seorang perempuan dalam menjalani kehidupannya.

Terutama hal-hal yang bersangkut-paut dengan "profesinya", baik dalam urusan- urusan domestik, maupun dalam tindak serta prilakunya menekuni sebuah keahlian. Totalitas ini pun digadang-gadang berkesinambungan dengan keunikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun