Mohon tunggu...
Sofia Grace
Sofia Grace Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Seorang ibu rumah tangga yang hidup bahagia dengan suami dan dua putrinya. Menggeluti dunia kepenulisan sejak bulan Oktober 2020. Suka menulis untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Berharap semoga tulisan-tulisan yang dihasilkan dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Salah Asuhan (1)

31 Juli 2022   12:30 Diperbarui: 31 Juli 2022   12:31 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya sudah, kalau maumu begitu. Ayo kita keluar sekarang. Biar Mbak Warni bersihkan dapur dulu."

Aku langsung berjalan meninggalkan tempat itu. Sempat kulihat tadi mata pembantuku melotot ketika mendengar cucuku berkata mau makan langsung di restoran. Aku sungguh tidak suka. Saking usiaku sudah tua. Tak mampu lagi melakukan pekerjaan rumah tangga sendirian. Apalagi di rumah dua lantai ini. Rumah yang dibelikan Thomas untukku tiga tahun yang lalu. Yang membuatku akhirnya bisa tinggal di rumah sendiri, tidak melulu di rumah kontrakan. Jadi aku terpaksa menahan diri untuk tidak mengusir Warni setiap kali dia menunjukkan rasa tidak sukanya pada cucu kesayanganku.

Sonny mengikutiku masuk ke dalam kamar. Diperhatikannya aku membuka laci yang berada di dalam lemari pakaian. Kukeluarkan dompet kecilku. Kuambil uang seratus lima puluh ribu. Kuberikan pada cucuku tercinta.

"Ini uang buat makan ayam dan minum es krim di restoran," ucapku lembut. "Makan yang banyak ya, Son. Supaya sehat. Itu nanti uang kembaliannya kamu simpan saja. Buat jajan besok di kampus."

"Siap, Eyang," jawab Sonny dengan wajah berseri-seri. Hatiku bahagia sekali. Sama halnya setiap kali aku dulu memberi uang pada ayahnya dulu.

Rendy, Mama kangen sekali padamu, Nak, batinku pedih. Sudah tiga tahun kamu pergi ke rumah Tuhan. Untung ada Sonny yang menemani Mama di sini. Kalau tidak, hidup Mama sudah tidak ada artinya lagi....

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun