"Mama tadi marah-marahnya keterlaluan ya, Pa?" ucapnya penuh penyesalan. "Teriak-teriak kayak orang kesetanan."
"Sudahlah. Anak-anak sudah kutenangkan, kok," kata sang suami sambil terkekeh. "Aku bilang kamu kecapekan ngurusin rumah dan kita semua. Makanya jangan bertengkar terus. Hidup rukun gitu, lho."
Bella sontak memeluk suaminya. "I love you, Papa," cetusnya manja. "Aku mau dikerokin yang banyak. Jangan bolong-bolong. Badan ini mau hancur rasanya."
"Siap, Istriku Tercinta."
Fajar  mencium kening istrinya lembut. Hati Bella berbunga-bunga sekali. Dalam hati dia bersyukur sekali mempunyai suami seperti Fajar. Memang sehari-hari pria itu cuek dan kurang komunikatif. Sikapnya juga jauh dari romantis. Sungguh bertolak-belakang dengan suami teman-temannya seperti Vika dan Marsha, yang sangat komunikatif dengan istrinya.
Akan tetapi di balik sikapnya yang acuh tak acuh, Fajar ternyata menyimpan kepedulian yang tinggi terhadap istri dan anak-anaknya. Saking kepribadiannya yang introvert membuatnya tak  mampu bersikap supel terhadap orang lain.
Aku dan Mas Fajar memang pasangan yang saling melengkapi, batin Bella lega. Aku cerewet, dia pendiam. Aku kepo, dia cuek. Tapi kalau aku lelah hati, badan, maupun pikiran, Mas Fajar selalu siap siaga mendampingiku. Suami seperti inilah yang kubutuhkan. Pasangan yang melengkapiku.
Selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H