Mohon tunggu...
Sofia Grace
Sofia Grace Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Seorang ibu rumah tangga yang hidup bahagia dengan suami dan dua putrinya. Menggeluti dunia kepenulisan sejak bulan Oktober 2020. Suka menulis untuk mencurahkan isi hati dan pikiran. Berharap semoga tulisan-tulisan yang dihasilkan dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petuah Eyang (2)

28 Juli 2022   21:22 Diperbarui: 28 Juli 2022   21:30 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Eyang terpana menyaksikan aib mengerikan itu dibeberkan di hadapannya oleh menantu pertamanya. Dengan sorot mata tak percaya, wanita tua yang rambutnya masih berwarna hitam legam karena rutin disemir itu berpaling kepada putri tercintanya dan bertanya dengan perasaan gundah, "Benarkah semua perkataan suamimu ini, Karin?"

Tante Karin yang wajahnya tampak memar akibat pukulan suaminya mengangguk lemah. Eyang terduduk lemas di kursi sembari memegang dadanya. Air mata mulai bercucuran membasahi mukanya.

"Kenapa...kenapa kamu melakukannya, Karin?"

"Semua ini karena Ibu yang selalu menuntutku untuk menjadi wanita yang sempurna! Cantik, pintar, terkenal, sukses dalam karir dan keluarga. Begitu aku mengetahui bahwa tidak mungkin bisa mempunyai keturunan dari Mas Guntur, aku takut Ibu akan kecewa dan tidak menyayangiku lagi. 

Segala bibit, bebet, dan bobot yang Ibu bangga-banggakan selama ini benar-benar membuatku tertekan! Akhirnya kuputuskan untuk merayu Teddy, suami pilihan Ibu untuk Rina yang terbukti berhasil membuahkan Maria...anak yang normal, cantik, dan pintar,"ungkap bibiku itu seraya memalingkan wajahnya ke arahku.

Ingin kutampar dengan keras rasanya perempuan yang dahulu kuanggap mempesona ini. Tega-teganya dia mengkhianati ibuku, adik kandungnya sendiri! Entah dimana hati nuraninya berada ketika dirinya berhubungan intim dengan ayahku, adik iparnya sendiri.

Aku sungguh merasa kasihan pada Mama. Selama pertunjukkan persidangan keluarga ini berlangsung, ibuku yang tidak pernah neko-neko itu hanya diam saja. Ia tampak berusaha mencerna baik-baik kenyataann pahit yang diungkapkan secara blak-blakan di hadapannya. Berulang-kali pandangannya berpaling ke arah Papa dan Tante Karin, menatap kedua pesakitan itu dengan sorot matanya yang tajam. 

Kemudian dia bergerak mendekati Papa dan menamparnya berkali-kali. Pria tampan yang telah membina rumah tangga dengannya selama dua puluh satu tahun itu hanya menunduk pasrah. Lalu Mama beralih ke arah kakaknya dan diludahinya wajah saudara kandungnya itu dengan penuh kebencian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun